December 29, 2014

Buruk rupa

Memang bukan tugasmu
Melayaniku hingga terluka
Bukan juga milikmu
Segala bentuk karma murka

Di mataku, kau seorang tersangka
Yang berbuat buruk rupa, hingga terlupa
Siapa yang terluka? Kusimpan segalanya
Berjuta pesan-pesan memalukan

Maaf, aku kembali bergumam

MH - 12/29/'14

December 21, 2014

Maha Cinta

Saling meninggalkan, berjauhan
Kita bersama, mengunjungi Tuhan

MH - 12/21/'14

December 17, 2014

Surga yang tak ingin kau tuju

Berlalu semuanya, sekejap
Seperti Adam dan Hawa
Dan kisah tentang Khuldi
Yang mereka lahap, atas kenaifan

Dan mereka menulis cerita
Terbuang, dan juga berpisah
Tak mudah mendapat maaf
Serta mengenal arti kembali

Sedang kita sedang sibuk
Menanam pohon yang rindang
Berdoa agar hujan datang
Bersama (yang kita sebut) ketenangan

Kita sibuk membuat surga
Sesibuk-sibuknya, hingga tersesat
Dalam pohon dan buah kesombongan
Yang telah tanam, bersama sesal di dalam

MH - 12/17/'14

December 07, 2014

Percakapan astral

"Apakah senja memiliki anak?"
"Semacam kenangan kita bersama"

MH - 12/07/'14

Tersesat

Percayalah!

Semakin mengutukmu dalam kesepian,
Ku kan terlibat dalam kesedihan

MH - 12/07/'14

December 06, 2014

Semacam peluru

Saban hari kutumpahkan peluhku
Ke dalam harap yang cemas
Dan segalanya, kupatahkan sepiku
Pada butir-butir hujan yang merindu

Dia berbisik:
"Silahkan bercinta dengan lelah,
Mungkin anakmu nanti seorang pemecah masalah"

Semacam peluru: cinta tertanam di tubuh
Hingga perih itu menyeluruh
Dan luka-luka menantikan sembuh
Dengan sendirinya, seperti sendiriku

MH - 12/06/'14

December 04, 2014

Gadungan

Bajumu lusuh, menyimpan peluh
Lelah-lelah diburu peluru
Di langit yang biru

Diam-diam menghentak
Para gadungan, para pemberontak
Isi kepala pun meledak

Hentikan putar waktu
Semacam gerutu
Tuhan pun membantu

MH - 12/04/'14

December 03, 2014

Kaki-kaki

Kau kemanakan langkahku?
Serta nafasku, terengah-engah menuju tengah
Kau hilangkan sayapku
Dengan paksa, hingga pelangi tak berwarna

Selama aku mengenal selamat
Itu bukanlah kiamat

MH - 12/03/'14

November 21, 2014

Kita membahas cinta, bukan derita

Teringat disaat kita berdua:
Daun-daun menari, berbahasa,
Serta bernyanyi tanpa suara
Kita tak banyak bicara

Dan itu lebih romantis dibanding puitis

MH - 11/21/'14

November 13, 2014

Pamrih

Setelah kuhitung-hitung
Luka ini tak seberapa
Dibanding nafas yang disalahkan,
Terambang entah kemana

Tak pantas hamba meminta pamrih
Atas nama kehilangan dan perih

Dalam lelap, aku berharap:
"Semoga laut tak pasang,
Jikalau hamba tak berpasangan"

MH - 11/13/'14

November 08, 2014

Gaung

Berbisiklah perlahan:
Kita adalah sepasang telinga
Setia dengan bualan yang menganga
Kita adalah sepasang mata
Menunduk malu melawan buta

Berdoalah, semoga senja tak membawa
Engkau menuju angan yang malam
Berdoalah, agar pagimu menghindari
Segala sumpah serapah yang muram

MH - 11/08/'14

November 03, 2014

Pulanglah

Tempatmu ialah sepi
Yang selalu ku tunggu keberadaannya
Sedang aku keramaian
Berlalu-lalang bagai jalang, keadaannya

Sudikah bila menyuruh matahari
Menangisiku, matikan hari

Tak ada yang lebih menyedihkan
Dibanding memiliki, lalu pergi

MH - 11/03/'14

October 27, 2014

Kamuflase

"Bukankah pemenang ialah gelar
Baginya yang paling menderita?"

MH - 10/27/'14

October 22, 2014

Aku seorang yang bebal

"Jangan mengharap diriku lagi"
Dia berharap

MH - 10/22/'14

Anjing liar

Bergema, telusur sepi
Tak juga reda
Layaknya hujan, membasahi segalanya
Setiap hari-harinya

Menjerit, menatap takut
Yang berturut-turut
Silahkan mengenal maut
Dari kekecewaan yang menuntut

Berkunjung selalu
Ke rumahnya, masa lalu

Dinamakan apakah
Musafir yang berkelana
Menuju hati yang mati?

MH - 10/22/'14

October 13, 2014

Hening pagi

Sebenar-benarnya cinta
Ia pun menularkan penyakit,
Bernamakan rindu

Sesakit-sakitnya rindu
Ia pun ciptakan semu,
Bayang-bayangmu

MH - 10/13/'14

October 07, 2014

Panah Hujan

Kurindukan hujan
Yang pandai menikam
Sedih yang mengguncang
Resah yang semakin kencang

Ku memilih tenggelam
Di dalam lautan hitam
Dan memilih bersinar di sana

Kurindukan cahaya
Setelah basah sang surya
Menyelamatkan segalanya
Dari panah hujan

MH - 10/07/'14

September 27, 2014

Tumpul

Hari-hariku telah berubah,
Menjelma hari-harimu
Yang tiada dirimu di dalamnya

Dan hari-harimu pun berubah,
Menjelma hari-hariku
Yang tiada harapku di dalamnya

MH - 09/27/'14

September 17, 2014

Untuk terang purnama, yang kian memudar

Malam ini sungguh gembira
Anak-anak kecil bermain
Tanpa mengenal neraka, mereka bermain
Tanpa alas kaki yang mahal

Dan aku harus bercerita kepada siapa?
Tentang kekecewaan, atau kepercayaan
Yang kuanut bersama, pada terang purnama
Yang kian lama memudar?

MH - 09/17/'14

September 13, 2014

Mesin hitung

Kita sebagai pengingat murni,
Tentang kisah siang dan petang
Sibuk sekali memilih gundah
Entah karena apa?

Pada akhirnya memutuskan setia
Entah kepada siapa?

MH - 09/14/'14

September 04, 2014

Pesan kaum pendendam

"Di dalam kutuk-mengutuk, ada kepedulian yang teruntuk"

MH - 09/04/'14

September 03, 2014

Pisau

Kecil sekali
Wajahku, dalam ingatanmu
Besar sekali
Pengaruhmu, dalam hidupku

Tak perlu bersedih,
Aku takkan lagi menyayangi
Luka-luka yang kau beri

Kau tak perlu
Menipu dirimu lagi

MH - 09/03/'14

August 23, 2014

Tak terduga

Akulah sang penjahat,
Dalam pikiranku sendiri
Yang tak berakal

MH - 08/23/'14

Terlupa

Tak bisakah mereka buktikan
Jika sedih adalah hujan,
Sedang hati tetaplah kering

Dan akankah matahari cerah
Ketika berganti malam?

MH - 08/23/'14

August 22, 2014

Kasih

"Ada yang perhatian, tentang hal yang kau anggap bukan perhatian"

MH - 08/22/'14

August 21, 2014

Sang Api

Keramaian hanyalah sebuah kamar,
Sedangkan peranku sebagai mayat
Terbakar, kiamat

MH - 08/21/'14

August 13, 2014

Sedang apa kau di sana?

Aku, yang dipenuhi pertanyaan
Tentang dirimu yang masih misteri
Keberadaannya, sesekali kau pulang
Tanpa meluangkan waktu, bertemu diriku

Dan aku sibuk memikirkannya
Tak karuan

Sepertinya kau berubah

MH - 08/13/'14

August 11, 2014

Kasihan

1

Berkali-kali aku terjatuh, di hatimu
Bodoh?

2

Nafasmu sesak, dicuri cinta
Perih?

3

Hatimu bagai kubangan,
Penuh lubang-lubang

MH - 08/11/'14

Pendengar yang baik

Pada hening pagi, engkau selalu menunggu kabar
Dari angin, tentang cuaca hari ini
Akan terjadi apa? Aku terdiam
Menyimak gemuruh hatinya hari ini

Aku takkan pernah menutup telinga
Sekalipun tentangmu, engkau hanyalah pemarah
Yang dilahirkan air mata, sementara aku terlahir penyabar,
Yang tiap hari engkau remehkan diamnya

Sementara aku ialah pendengar,
Yang kelak memadamkan perihmu yang terbakar

MH - 08/11/'14

August 10, 2014

Memoar

Dalam keriuhan, aku bagaikan seorang iba
Yang diburu oleh anjing liar, sejatinya anjing ialah pengecut
Serta penurut, dan selalu tunduk kepada tuannya
Sayang, aku bukan tuannya. Aku korbannya

Dalam pelarian, aku hanyalah makhluk berkaki dua
Dan dia berkaki empat, apa yang salah darinya?

Aku tak mau menjadi anjing

MH - 08/10/'14

August 09, 2014

Sebuah pesan

Berdoalah!
Aku akan memperjuangkanmu,
Di jalan yang lain

MH - 08/09/'14

August 08, 2014

Dalam curiga

Aku mengucapkan namamu pelan-pelan
Agar semua tak tahu
Akulah pelaku sebenarnya

MH - 08/08/'14

August 06, 2014

Sesak

Pada sumpah-serapah
Aku menjelma kupu-kupu
Dan menyetubuhi malammu

MH - 08/06/'14

August 05, 2014

Epidemic

Aku tak tahu, mencintaimu adalah sebuah wabah
Penyakit yang tak tahu-menahu apa penawarnya
Selain dirimu, dan aku pun tak tahu-menahu
Mengapa penawar itu hanya ada padamu?

MH - 08/05/'14

Mengemis waktu

Siapa yang berani berkomentar?
Ketika aku bertelanjang, separuh badan
Dan mengatakan kepada mereka
"Maaf, aku hanya seorang gila"

Sesungguhnya, aku adalah seorang pendengki
Kepada mereka, yang sempat-sempatnya bertanya
Di waktu yang sempit, aku lebih mengharap waktu
Yang mereka lontarkan, dibanding pertanyaan

Tak perlu malu mengemis waktu
Hingga musnah semua, segala buntu

MH - 08/05/'14

August 04, 2014

Tak terlihat oleh mata

Mungkin aku mengidap suatu penyakit
Di mataku, aku tak pernah melihat rasa sakit
Dalam perjuanganmu, engkau terlihat bahagia
Pada penderitaan yang telah kubangun sendiri

Apa kita telah merdeka, pada jasad masing-masing?

MH - 08/04/'14

August 03, 2014

Tentang kita

"Kita adalah ketiadaan yang telah lama dipendam"

MH - 08/03/'14

Rasa

Mungkin ucapanmu adalah yang paling spesial
Hingga aku menjadi menyedihkan :)

MH - 08/03/'14

July 31, 2014

Dalam dekapmu

Dalam dekapmu yang tak pernah kurasa
Kau hanyalah kumpulan angan
Yang tak ingin dicuri, dalam peluk erat
Segalanya bertumpuk, aku menjadi buruk

Kau pun bersedih,
Dan aku mendidih

Sekarang, aku telah dikutuk menjadi ranting,
Yang selalu patah di saat genting

MH - 07/31/'14

July 24, 2014

Kita hanyalah sekumpulan masa lalu

Hingga saat ini, aku berhak berkata:
Kita dapat berbincang gembira
Tanpa luka, karena kita tahu
Kita hanyalah sekumpulan masa lalu

Bahagialah kita, mengudara di angkasa

MH - 07/24/'14

July 18, 2014

Perihal cinta

Kau: adalah alasanku tak mencintai orang lain
Karena diri ini menghargai janji, dibanding hati

MH - 07/18/'14

Nama yang tak pernah kau sebut itu..... 2

Siapa yang mengajariku meraung-raung?
Bagai harimau, juga melankolis
Atau sejenisnya, aku hanyalah egois
Beradu bebal sendiri, melawan akal

Apakah aku pantas mencinta?
Ketika aku menyebut namamu, dalam curiga

MH - 07/18/'14

Nama yang tak pernah kau sebut itu.....

Mungkin kau tak heran, mengapa senin hingga sabtu selalu cerah?
Hatiku selalu hujan, menjerit-jerit
Rintik-rintiknya tak pernah mengisi
Titik-titik hati, mengandung sepi

Apa kau tak pernah belajar,
Untuk mengeja namaku?

Kuharap, ada sebuah soal di lembar ujianmu:
Siapa yang terluka mencintaimu?

MH - 07/18/'14

July 17, 2014

Tulisanmu bukanlah dosa

Aku tahu
Engkau bukanlah daun gugur
Yang jatuh, tanpa alasan
Mencium sujud kepada bumi

Engkau bukanlah sembarang lilin
Yang mudah sekali redup
Kecuali Tuhan berkehendak meniupkanmu angin,
Mengundang mati sebelum kau ingin

Engkau bukan seorang aktivis
Dan juga missionaris

Engkau, adalah bahasa yang saling beradu
Di dalam pikiran, dan pakaian rapih itu
Adab menjaga kesopanan, kau mengundang Tuhan
Dalam percakapan, kau hanya ingin menulis
Dan Tuhan mengizinkan

Tulisanmu bukanlah dosa
Aku tak mau membacanya

MH - 07/17/'14

Hujan pun turun di sela-sela rindu

Rintik-rintik air jatuh
Memenuhi hingga tumpah memoar
Tentangmu, yang sudah tak asing lagi
Cerita kita, tentang perpisahan

Kita memilih agar saling melukai
Serta melukai diri, entah apa maksudnya
Hingga darah-darah berbicara keadilan
Bersemayam dalam alasan-alasan penolakan

Waktu mengajari kita diam
Sebelum menjadikan segalanya anggun
Tertegun santun, dalam alun-alun
Balada cinta yang melantun

Segala rupa rindu tertimbun
Menjadi hitam, hujan pun turun

MH - 07/17/'14

July 16, 2014

Pertemuan di meja makan yang tak mengenal kita

Ada yang mengantri di kepala
Mungkin kenangan, mungkin juga rindu
Mungkin juga sebuah sakit, yang telah beranak-pinak
Dan itu semua tidaklah jinak

Wajahmu kian berubah
Ribuan garis melukis lupa
Terkecoh, ingatan pun tak mampu
Mengingat lancar namamu

Dan kita pun bertemu, menatap
Di meja makan, yang bahkan tidak mengenal
Siapa kita sebenarnya?

MH - 07/16/'14

July 13, 2014

Dingin pagi yang telah membunuhmu

Apakah engkau masih bernafas?
Setelah ditikam dinginnya pagi
Dan aku mendapatimu meradang
Melayang singgah, pada kaki langit

Engkau pun menularkan kepadaku
Derita panjang, bahkan phobia
Yang meronta-ronta meminta makan
Euphoria yang tak berharga

Aku dan engkau apa bedanya,
Jika telah menelan kematian?

MH - 07/13/'14

July 10, 2014

Kau telah berhasil ciptakan negara

Malam yang sangat panjang
Bagi keluarga yang merasakan kehilangan
Kerabat-kerabat, serta darah-darah
Tumbuh duka dimana-mana

Jiwa-jiwa tersesat pulang
Hilang nyawa, melayang
Sempat kau tinggalkan jasad
Serta segurat senyuman

Kematian tidaklah sia-sia
Jika tentang agama, saudara
Kau telah berhasil ciptakan negara

MH - 07/10/'14

July 06, 2014

Di matamu aku melihat diriku telanjang

Di matamu aku melihat
Diriku bertelanjang dada
Tak beralasan, seolah berkhianat
Kepada cinta yang pernah ada

Dan terukir luka di hati
Oleh tajam sebilah lidah
Perihnya itu takkan terobati
Jerit pun tak kunjung sudah

Meronta dan melunta
Mulai bertanya: "Di mana bahagia?"
Kematian takkan pernah berdampingan
Dengan apa yang namanya kesiapan

MH - 07/06/'14

Stupa

Mereka adalah sepasang stupa
Diam, tak pandai bertapa
Bersama hingga buruk rupa
Melawan sisa-sisa nestapa

Sayangnya, mereka lupa beragama
Terlalu lama menyembah cinta

Atas nama kedamaian
Mereka tak menganut kepercayaan
Memilih tuk menjadi relawan
Pengorbanan dan kebodohan

MH - 07/06/'14

Antagonis

Sejak kapan kau berubah,
Menjelma sempurna sepertiku?
Sebelumnya kau selalu menantangku
Dengan yang kau sebut perasaan

Aku pun menjelma pembenci,
Mengutukmu hingga ratusan kali
Menanam iba pada diri
Mengharap dosa kembali

Silahkan menghibur diri sendiri
Kesepian bukanlah suatu pengkhianatan

Akulah antagonis pada kisah cintaku sendiri

MH - 07/06/'14

July 04, 2014

Hitam

Hitam darah yang melekat
Kata menyerbu, ajalmu dekat
Lalu engkau berdarah-darah
Habis sudah disayat lidah

Selalu engkau diberi pilihan
Dan mereka bermain curang
Selalu saja engkau diasingkan
Hingga terjatuh di dasar jurang

Nyatanya engkau tetap ada
Bersama dengan doa-doa

MH - 07/04/'14

June 30, 2014

Puisi-puisi yang telah lama menanti untuk dibacakan

Saat hidup dan mengenang kecil
Kita terlalu sering menangis
Entah apa alasannya? Tak mengerti
Bahkan orang tua sekalipun

Yang kuingat saat itu
Kita belajar untuk diam
Hingga air mata itu berhenti
Dan keresahan itu mati

Puisi-puisi yang telah lama menanti
Di kepala kita, untuk dibacakan
Dengan lantang, beserta rasa
Tak boleh mati dalam diam

Kesedihan, amarah, gelisah
Serahkan semuanya kepada-Nya

MH - 06/30/'14

June 29, 2014

Mengapa kau tak berterus terang?

Lelah mereka mengajarkan
Hingga mulut-mulut itu berkata:
"Mengapa tak mengerti juga, brengsek?"

Wahai terang, mengapa kau tak berterus terang?
Menceritakan kebenaran yang telah lama bersinar

Bukankah segalanya telah jelas?
Di mana terang, di mana hina
Bersemayam pada relung hati
Mengabdi sampai ajal menanti

MH - 06/29/'14

June 24, 2014

Pernahkah kau merasakan hangat pelukan?

Pernahkah kau merasakan hangat pelukan,
Bila sepi sebagai perih dingin,
Atau omong kosong lebih kau ingin?

MH - 06/24/'14

June 20, 2014

Sempurna

"Ketidaksempurnaan ialah kesempurnaan yang sesungguhnya"

MH - 06/20/'14

June 18, 2014

Musim hujan di dalam hati

Sudah sangatlah klasik
Musim hujan di dalam hati
Diri pun mulai terusik
Walau gersang ini mati

Semakin tak berarti
Menunggu sang mentari
Tak kunjung henti
Was-was ini telah kau curi

Hening yang kueram
Selalu saja menetaskan
Segala bentuk prahara
Membuatku gila

MH - 06/18/'14

June 13, 2014

Sunyaruri

Yang ku tahu
Risau bukanlah pisau
Yang menusuk hingga terluka
Terkapar lemah, berduka

Resah bukanlah batu asah
Yang sering dipakai untuk mengasah
Hingga tajam mata kesedihan
Tak mampu kita menahan

Adakah diantara kita yang membunuh sepi,
Di dalam kesepian lainnya?

MH 06/13/'14

June 11, 2014

Jangan takut

"Janganlah takut menjadi manusia membosankan."

MH -06/11/'14

June 09, 2014

Karena sebagian dari kita ialah dosa mereka

Bisa jadi akulah yang berbohong,
Menudingnya sebagai penjahat
Padahal dia seorang baik, kukatakan licik

Bisa jadi dialah yang berbohong
Menudingku dengan masa lalu
Padahal aku seorang bodoh, benar-benar bodoh

Dan buku cerita ini dipenuhi dongeng-dongeng misteri

Karena pada hakikatnya yang lurus
Manusia takkan bisa bersembunyi
Pada ketiaknya masing-masing

MH - 06/09/'14

June 07, 2014

Menyalalah! Menyalalah!

Dari seluruh gelap yang sesak
Sisi terangku tetaplah redup
Semakin lama semakin larut
Tertelan laut yang enggan surut

Bisakah aku menyalakan api,
Dalam laut pasang yang menggarang?

"Menyalalah! Menyalalah!"
Bukankah segalanya dimulai dari lelah?
Asa yang hampir menyerah
Menolak tunduk pada gelisah

MH - 06/07/'14

June 05, 2014

Cermin

Aku tak mau dijodohkan
Dengan kebodohan-kebodohan
Yang sering kau olok-olokkan
Dalam suramnya keseharian

Kuharap bodoh ini hanyalah sementara
Enggan kekal pada bising suara

Seperti ada beban di kepala
Seperti sedang dipermalukan
Ditelanjangi tanpa alasan
Seribu orang menyimak

Kuharap bodoh ini menjadi liar
Enggan singgah di alam sadar

Kau tak mau dijodohkan
Oleh seorang bodoh kan?

MH - 06/05/'14

June 03, 2014

Menuju segalanya

Pernahkah pada suatu hari
Kita terbangun di tempat yang sama
Dengan hati yang berbeda
Dan segalanya menjadikan seluruh?

Kita mempermasalahkan hal kecil sebesar-besarnya
Sementara bahagia hanya sebagian kecil
Doa serta rasa syukur akan terlupa
Aku tak mau lupa segalanya

Semua berpijak pada rasa aman
Segalanya bertapak pada jalan
Kerikil batu kecil serta tajam
Tersayat, kaki kita berdiri bersama

MH - 06/03/'14

May 26, 2014

Cinta yang tak pernah mengenal namamu

Aku hanya pernah mengenal
Cinta yang tak pernah mengenal namamu
Dan itu tidaklah kekal
Karena ini bukanlah soal semu

Di dalamnya: kau berlari-lari,
Menangis, hingga tertawa
Bahkan kau ingin bunuh diri
Di dalamnya: kau hanya tak menikmati masa tua

Biarlah aku bersamamu
Bersama mencoba mengingat
Namamu sekali lagi, menjulang
Menjelang cerah hingga berkeringat

MH - 05/31/'14

May 23, 2014

Parade pucat wajah yang tak mengenal cacar

Badai yang kau berikan
kepadaku, menerpa wajah
Liar, menusuk hingga dalam
Terluka, tak ingat nama

"Apakah aku hidup?" tanya asa yang selalu dipertanyakan nyatanya

Setiap orang memiliki bisu
Yang tak bisa disebutkan rupanya
Rasa takut selalu hadirkan buta
Layaknya kamera zaman lalu: hitam putih

Tak ada warna yang dapat kita ciptakan
Karena hakikat mutlak, mengajarkan
Apa yang sering disebut: kalah telak

MH - 05/23/'14

May 16, 2014

Akankah menjelma pusara?

Semakin lama semakin sibuk
Dan sibuk ini semakin menjadi
Ku rindukan orang yang cintanya bertumpuk
Memecahkan hening, menjadi remedi

Dan dirinya: semakin tak terurus
Olehku, semakin menyimpang dari jalan lurus

Akankah menjelma pusara
Jika aku berpura-pura
Tak temukan muara
Hatimu yang bersuara?

MH - 05/16/'14

May 14, 2014

Sejenak jinak

Kita tak pantas menyalahkan cinta
Jika dusta membuat terlunta
Angin ribut menerpa cerita
Hanya menyisakan derita

Kita tak pantas berdua
Jika tak saling berdoa
Demi yang-sering-kita-ucapkan jodoh
Di kala itu, kita terlihat bodoh

Terlalu rumit untuk meringkas masa depan

MH - 05/14/'14

May 12, 2014

Selalu saja cinta

Selalu saja cinta: lebih menuntut dicintai dibanding mencintai

MH - 05/12/'14

Memilih hidup

Kepada wajah apakah
Setia ini mulai merekah
Kepada kata kerja apakah
Kalimat ini menyampaikan arah

Katakanlah: "Aku hanya ingin hidup"
Lampu ini takkan kubiarkan redup

MH - 05/12/'14

May 07, 2014

Tirani

Dan diam ini meraja
Memimpin keramaian
Dan sakit ini menyiksa
Mendiami kesepian

Dan bila ku dapat mengutuk hening
Menjadi suatu hal yang bising
Bisakah kau dengan berani
Melawan segala tirani

Dan semua mulai berubah
Menentang, berlawanan arah
Dan jika semuanya benar-benar berubah
Sipakah yang berhak marah?

MH - 05/07/'14

May 04, 2014

Hubunganku denganmu takkan gelap hanya karena ini

Adalah jarak yang mengajarkan
Kesetiaan dalam bersahabat
Adalah waktu yang mengajarkan
Kepentingan bukan hal yang dibuat-buat

Adalau sabar yang mengajarkan
Curiga bukanlah yang mulia
Adalah nekat yang mengajarkan
Segalanya takkan berubah sia-sia

Biarkan aku bersahabat dengan siapa saja
Hubungan takkan menjelma gelap
Meliputi ketakutanmu yang terlelap

Bogor - 05/04/'14

May 03, 2014

Bukan kisah pengembara, namun menarik untuk ku tuliskan

Aku belum mengabadikan perjalananku
Yang sangat lelah dan panjang
Aku belum melahirkan ceritaku
Yang sangat ditunggu diriku sekurang-kurangnya

Biarkan aku menghirup segarnya
Udara pagi nan biru sampai habis
Sehabis-habisnya hingga kutemukan
Kerangka, tulang, apapun yang dimiliki langit

Larutkan aku dalam keindahan
Semesta yang agung menggunung
Bersatu, walaupun tak sepadu
Diriku dan langit biru

Biar kutuliskan sedikit di sini..

Bogor - 05/02/'14

April 29, 2014

Jerit menunggu

Aku menjerit, menunggu
Bukan hal semacam belenggu
Mengikat segalanya pada tugu
Putaran detik sungguh mengganggu

Dapatkah aku membunuh waktu
Satu jam, untuk semacam sesuatu

Pada malam yang mengancam
Bahaya, dengan cara bermacam-macam
Bagai sebilah pisau yang tajam
Rasa kantuk menusukku lebih kejam

MH - 04/29/'14

April 24, 2014

Tuan, kutuklah hamba menjadi buku!

Demi kesepian yang tak pernah disimak
Oleh manusia-manusia berjiwa perusak
Khidmat tak terasa, hening ini tak bernyawa
Perayaan yang terlalu tertutup, membiaskan jiwa

Kukatakan dengan lantang:
"Tuan, kutuklah hamba menjadi buku!"
"Kutuklah hamba!"
"Hamba ingin menceritakan semuanya, tentang semuanya"


Hening ini semakin menjadi
Semakin larut terasa sakit
Entah apa yang tuan pikirkan
Hingga nasibku tak berubah

Dalam keangkuhan, tuan menjerit
Dalam keterpaksaan, tuan menangis
Maafkan aku

MH - 04/24/'14

April 20, 2014

Ketika semua memerlukan penjelasan

"Semua menjadi rumit, memerlukan penjelasan saat yang lemah menaklukkan yang kuat"

MH - 04/20/'14

April 19, 2014

Sepasang mata yang kian malam

Rindu malam yang kuhirup
Tak semerdu nikmatnya hidup
Rembulan yang kian redup
Tak mengutuk malam tertutup

Aku harus mencintai sesuatu
Atau lainnya yang kuanggap satu
Akankan tumbuh usai membantu
Seorang manusia atau pun batu

Sunyi ini takkan berpesta
Jika tak ada yang mau bercerita
Rahasia melarut dalam derita
Cinta yang biasa menjadi berita

Andai aku selamat dari pulang
Lewati jalan panjang, penuh ilalang
Kematian adalah berita yang hilang
Dari takdir sedih tinggi menjulang

MH - 04/19/'14

April 18, 2014

Demi waktu yang selalu berputar ke kanan

"Semakin tua, semakin larut cinta kita kepada tanah"

MH - 04/18/'14

April 17, 2014

Kita menghadiri pesta gemerlap malam

Ada baiknya lupakan gelap
Dini hari yang membuat kita lelap
Bercerita, tentang senja dan adimanusia
Terselip juga sebuah rahasia

Tolong jangan bicarakan aib
Kepada pihak yang berwajib

Semacam musik kita mainkan
Semacam mantra kita bacakan
Untuk menghadiri undangan esok hari
Yang dipenuhi penghuni sunyaruri

Pesta gemerlap pun di mulai
Dari mimpi kita yang terkulai

MH - 04/17/'14

April 16, 2014

1998

Kita adalah sekelompok anak-anak
Yang awam tentang beranak-pinak
Masih sulit membaca, apalagi bersajak
Berpergian tanpa tinggalkan jejak

Selalu dipuji, tersenyum sendiri
Bahagia karena belum mengenal duri
Selalu dipuji: ganteng maupun cantik
Memakai batik, sebelum bertemu politik

Sekarang telah tumbuh dewasa
Dalam tubuh, menjelma raksasa
Dan pikun pun mulai berkuasa
Melupakan sesuatu: rasa

Kita mulai hidup masing-masing
Pada bumi yang semakin asing
MH - 04/16/'14

April 15, 2014

Hadapi kenyataan

"Kenyataan menyakitkan itu seharusnya diubah, bukan dibohongi"

MH - 04/15/'14

Induk takdir

"Induk dari tiap takdir adalah makhluk, dan tugas tiap makhluk ialah mendidik takdirnya sendiri"

MH - 04/15/'14

Laki-laki dengan anak tangga ketiga

Entah apa yang dicari
Di anak tangga ketiga
Adakah sesuatu yang dapat di curi
Pada anak tangga ketiga

Laki-laki itu
Berteman dengan telepon genggam
Berputar beberapa lantun lagu
Sesekali sering bergumam

Bayangkanlah bersama zaman
Tentang kebiasaan yang tak biasa
Disuguhkan secangkir rasa penasaran
Bersama rasa nyaman

Silahkan berimajinasi
Dengan komunikasi

MH - 04/15/'14

April 12, 2014

Malam minggu tanpa minggu

Ada yang berdoa hujan
Pada malam minggu tak berdosa
Ada yang berdoa reda
Karena malam minggu ingin berdosa

Terlalu terburu-buru
Terlalu menggebu-gebu

Ada orang yang berdoa
Pada hari minggu saja
Ada orang yang berdoa
Temui hari minggu saja

Ada pun doa mengancam
Kehidupan setelah minggu berlalu
Ada pun doa mengancam
Agar minggu kembali datang

Ada yang merasakan minggu tanpa malamnya
Ada yang merasakan malam tanpa minggunya

Semoga tetap hidup rasa syukurnya

MH - 04/12/'14

April 10, 2014

Kaktus

Adalah kaktus, sebagian orang memilikinya
Mencintainya, merawatnya, atau disebut apalah
Entah tiada terlihat mereka menyentuh tubuhnya, mengapa?
Bukankah mencintai adalah menghibur para pelaku cinta?

Kita terlalu lama menghidupi pikiran tertutup

MH - 04/10/'14

April 08, 2014

Mari berdoa

Marilah berdoa
Kepada hidup yang tiada dua
Untuk kematian yang tak terduga
Jangan lupa untuk jodoh kita juga

Marilah berdoa
Kepada sekarang yang tiada dua
Bersama udara yang masih terasa
Di tiap tubuh seorang pendosa

Marilah berdoa
Kepada-Nya yang tiada dua
Tentang takdir yang akan dijumpa
Serta lainnya yang menyangkut lupa

MH - 04/08/'14

April 07, 2014

Seseorang yang mencari namanya di batu nisan

Saat semua tertumpah ke tanah
Merah pekat layaknya darah
Hujan tak diundang daerah
Makamnya yang masih basah

Terukir namanya, terlihat jelas
Kenangan membawanya ke kelas
Kehidupan yang tiada cerdas
Mengalahkan penghuni batas

Tak perlu terus-menerus bersedih
Tentang takdir Tuhan yang maha pengasih
Surga atau neraka, jangan berselisih
Kecuali jika kalian semua telah bersih

MH - 04/07/'14

April 06, 2014

Kipas angin

Kutatap dia
Dia salah tingkah
Kuabaikan dia
Dia pun bertingkah

LALALA! SIM SALABIM!

Aku pun tak peduli lagi
Tentang elegi

04/06/'14

Kau peluk suatu kebiasaan

Kau peluk suatu kebiasaan
Dengan mudahnya kau tertawan
Pada kilau-kilau kesalahan
Menimpa kesadaran

Aku menganut suatu kebebasan
Agar selamat dari ketakutan
Sekali-kali menyeretku ke awan
Dan jatuh menimpamu, kawan

Setiap hari begitu saja
Hingga timbul peristiwa riuh
Pembunuhan di tengah senja
Menciptakan keluh

Kau memilih melawan kebiasaan
Ku memilih menolak kebebasan

MH - 04/06/'14

April 05, 2014

Sepotong rindu untuk Majikan

Sepotong rindu untuk Majikan
Mungkin tak pantas hamba mengatakan
Karena perbedaan, semua hal menjadi berjarak
Seperti rindu ini, terus mengambang entah sampai kapan?

Kutitipkan selembar surat
Kepada zaman yang sudah asing mendengar kantor pos
Bisakah kau antar surat ini ke langit?
Permohonanku terlalu mengada-ngada

Adakah yang masih bisa tertawa
Jika aku benar-benar merindukan Majikan?

MH - 04/05/'14

Di negeri yang membela Satinah

Aku pernah diselamatkan perasaan
Di negeri yang membela Satinah
Tetapi aku tak ingin mendukungnya
Karena aku tak mau bodohku parah

Biarlah dia berdoa agar selamat
Dari maut yang menjadikan tamat
Dan memikul hidup penuh celaan
Serta ketidakpercayaan

Mata hanya bisa terima keadilan
Dan menghukum hukum
Negeri orang lain

MH - 04/05/'14

April 02, 2014

Takkan pernah suatu sisa menjelma sia-sia

Kisahnya mendamba kesempurnaan
Tak lupa hadirkan keraguan
Membawa kita pada keresahan
Bersama perpisahan

Takkan pernah suatu sisa menjelma sia-sia

Takkan sia-sia memupuk cinta
Walau tak menyisakan cerita
Takkan terselip suatu derita
Pada anak-cucu kita

Penyesalan itulah sebenarnya sia-sia

MH - 04/02/'14

March 28, 2014

Teman kenangan

Kita cukup berpesta
Sehari saja, bertatap mata
Sekilas rindu kilat tercipta
Dalam hati yang bercerita

Telah dipenuhi kunang-kunang
Kilaunya mengantar angan
Berharap selalu terkenang
Menjelma teman kenangan

MH - 03/28/'14

March 22, 2014

Kaum fiksi

Saat senja kembali ke bumi
Dengan merah merona, rindu bersemi
Masih sama layaknya kemarin
Datangmu tak membawa angin

Kita berdiri dengan berjajar
Terjaga hingga kembalinya fajar

Parasnya tetap sama
Sejuknya membalut trauma
Akan selalu kuingat wajahmu
Saat murung mengingat semu

Ini bukan tentang cinta
Sekedar menunggu, hingga terlunta

MH - 03/22/'14

Siapa majikanmu?

"Siapa majikanmu?"
Tanyaku, di gelap malam
Aku bagai seorang buta
Tak bisa mengeja kata-kata

Sekilas terlihat disleksia
Aku tetap bisa bahagia
Biar tak seindah jalan-jalan
Kata demi kata rela kutelan

"Siapa majikanmu?"
Kembali aku bacakan ini dihadapanmu

MH - 03/22/'14

March 18, 2014

Negeri yang takkan pernah mengenal dingin salju

Hujan yang berhenti
Kemarau yang mati
Tatapmu tak berarti
Tetap bisa kunikmati

Aku rela menjelma kemarau, karena engkau adalah hujan
Membasahiku sebasah-basahnya, ciptakan hutan

Silahkan menyirami tanah kering
Hingga mengalir sungai-sungai
Mengantar daun gugur menguning
Menuju indah rupa mahligai

Temukan segera setangkai bunga
Sebelum mengenal musim semi
Di negeri yang penuh rasa bangga
Dengan orang bodoh yang mengatur bumi

MH - 03/18/'14

Kapan terakhir kali kita berdebat?

"Kapan terakhir kali kita berdebat, pada mulut masing-masing?"

MH - 03/18/'14

March 16, 2014

X to Y

When our love starts to glow
You're in love with someone else
My eyes change into hollow
X to Y, advice me to die

But it's wrong
I can't hide in the grave for so long
Love is right and blind
I'll never be the one in your mind

Set the bomb
Blow my heart
And make a tomb
Learn about hurts

X and Y, i don't know why

MH - 03/16/'14

March 12, 2014

Ibu(kota)

Kisah hidup membuatku bingung
Sperma-sperma itu menggunung
Berebut mencari rahim yang agung
Jangan salahkan jika mengandung

"Ibu, engkau bermain lelaki lagi?"
Tanyaku geram, menahan diri
Itu sebabnya ayah meninggalkan
Kenangan pahit tanpa pelukan

Aku ingin meninggalkanmu
Tapi aku tak mau durhaka
Kutunggu hingga lahir anakmu
Sampai dia mengenal neraka

"Kiasan ini berlebihan, nak"
Engkau pun menangis, mengutuk diriku
Lahirkan bencana, munculkan sesak
Aku mengerti, diam terpaku

Sejak lahirnya wajah kota
Engkau yang paling menderita...

MH - 03/12/'14

Beberapa kutipan yang tak sempat di abadikan

Jika bukan karena Allah, siapa lagi?

Aku mengunci pintu, bukan berarti mengunci rindu

Kita semua memang pintar, apalagi dalam hal menjatuhkan

Hidup itu akan hambar, jika tidak menjadi random

"Bagaimana menikmati manisnya gula, jika telah larut ke dalam kopi?" "Tenggak!"

"Kenapa hal yang memusingkan selalu ada di malam hari?" Karena di siang hari kita sibuk.

"Yang memelukmu adalah kotoranmu sendiri. Hangat kan?" - Selamat datang peradaban post-modern

Kapal ini pun terbelah, kita pun terpisah. Padahal kita satu tubuh, bukan satu kapal (?)

Mengapa kita yang terinspirasi, bukan kita yang menginspirasi?

Ada yang positif tetapi ga mau sholat?

Selamat malam pujangga yang larut di lautan kopi hitam, selamat insomnia

Apa yang kita temukan dalam pundi-pundi? Apakah rasa lapar? Atau kepuasan?

Besok adalah penyakit, jika kita selalu menunda

Laki-laki adalah pengembara, dan mengembara takkan berarti tanpa berjalan kaki

Sebelum mengenangmu menjadi hal yang sangat perih, kuucap selamat tidur malam ini

"Perkembangann teknologi yang paling tidak berguna di dunia adalah urinoir/toilet dengan sensor" - Muhammad Hifrinal & Reito Deni-san

Kita adalah peringatan yang tak berharga, berteman dengan musuh sendiri. - Rokok membunuhmu

Penghargaan untuk diri yang bernilai adalah ketika kita kalah, dan menerimanya

Di dalam nilai-nilai besar ada nilai-nilai kecil. Jangan remehkan!

Selalu saja malam yang mengajariku, betapa lelah membayar tarif kehidupan

Sejarah selalu terikat dengan sejarah lain, maka terimalah sejarah yang menyakitkan

Kemenangan untuk pribadi adalah kemenangan, kemenangan untuk bersama adalah kenangan

Mungkin orang hebat memiliki rasa sakit tersendiri

Kemaren statusnya tentang hari pahlawan, eh tau sekarang hari senin pada ngeluh. Mana semangat pahlawannya hah? #ilovemonday

Mengapa sholat itu berat? Karena yang ringan adalah meninggalkan sholat, bahkan lebih ringan dibanding kapas

Berkenalan dengan takdir, biar dijodohkan oleh masa depan

Kita suka sekali membawa masa lalu, padahal hampa

Benar, manusia itu bukanlah manusia sesungguhnya

Perbedaan seorang romantis dan humanis cuma setipis kertas - Otter no II (BAKUMAN)

Ketidakmungkinan pun dapat dihitung

Mungkin beberapa kebodohan menghasilkan harta, tetapi kepintaran selalu lebih bermanfaat

Luka itu murah, karena itu semua manusia memilikinya. Karena itu beberapa manusia memberinya dengan cuma-cuma kepada yang lain.

A: Kenapa kita bodoh? B: Karena kebanyakan makan mecin 

Merdeka itu tidak masuk neraka

Kalo udah gigit-gigit, tandanya udah ga kuat ngemut  #realita

Yang mampu membayar sabar itu Tuhan

Jangan salahkan tempat tidur, memang takdirnya untuk menidurkan seseorang

Kenyataan adalah alasan untuk berbohong, pesan singkatnya: jangan berbohong

Terlalu dekat, kata "kita" menjadi "aku"

Kita adalah sejarah terpisah yang menyatu

Terkadang kejahatan adalah heroik bagi mata awam

Di dalam bis ini, ada yang mengajakku berperang. Jika matamu adalah mataku, mudah sekali menebak siapa musuhku.

Mungkin saja orang yang diam di sini lebih banyak memikirkan dirimu dibanding dirinya sendiri 

March 08, 2014

Yang rela menunggu, demi menjadi masalahmu

Semenjak tak melihat fajar terbit
Terbelenggu dalam naungan mimpi
Selama itu menghirup kenikmatan semu
Tak ada keindahan yang bertamu

Seakan ada yang berbisik:
"Agama apa yang kau anut, hingga malas bangun pagi?"

Oh Semesta, maafkan aku
Yang tak mampu berkunjung
Mahligai pagi yang agung
Untuk bersua dengan-Mu

MH - 03/08/'14

Melukis rupa

Banyak wajah-wajah sejajar
Melintang lini serupa pijar
Bercahaya, berbaris belajar
Malam menjelma tak wajar

Tinggi asa memeluk mesra
Putus asa semakin membara
Membakar pohon-pohon cemara
Depresi, menelan banyak aksara

Biarlah terluka di dalam
Sakit tak terhingga di kala malam
Bayang cemburu yang kelam
Bungkam, dilarang berbuat macam-macam

Demi menjemput seorang putri
Yang memilih menunggu sendiri
Pada jalan panjang yang dipenuhi duri
Terlukis kisah cinta yang mandiri

MH - 03/08/'14

March 07, 2014

Musim penyakit

Sejuk malam hambar kurasakan
Saat menghirup nafas rembulan
Hanya pekat gelap yang terbawa
Menikam dada, taruhannya nyawa

Tak tertidur di hening malam
Ada yang berisik di kepala
Panik, hatiku karam tenggelam
Di laut perkara, pemusnah bianglala

Oh, tiada lagi hal indah
Dibanding nikmat yang murah

MH - 03/07/'14

March 02, 2014

Keputusan #2

"Ada yang memutuskan setia. Ada pula yang memutuskan setia dengan jaraknya."

MH - 03/02/'14

Keputusan

"Kita memutuskan untuk merindukan pelukan terlalu lama, karena kita tak pernah berpelukan."

MH - 03/02/'14

Oak tree

Every night, I see a woman
Dancing with her umbrella
The moon singing about love
In the other planet

The stars shining bright
But never guide the right

Oh, woman. I don't wanna know
Your name, 'cause you're a snake
Oh, woman. I don't wanna know
Poetry of life, you are the mistake

I don't wanna leave my home, at the oak tree

MH - 03/02/'14

March 01, 2014

Selamat menempuh hidup baru

Selamat menempuh hidup baru
Bersama kesedihan yang tak disangka
Mendampingi keduanya, dua jasad yang menyesal
Ini bukan tentang penyesalan, ini pilihan

Andai pilihan adalah penyakit, apa menerima sebagai penyembuhnya?

Pengorbanan bukan hal yang mengganggu
Takkan terlahir setia, jika tak mau menunggu
Kedua hati hanya cemburu pada ketenangan
Dalam meraih cinta dan kemenangan

MH 03/01/'14

Berceritalah pohon tua itu kepada kertas

"Nak, mungkin kau masih hidup, walau hanya menjadi selembar kertas. Yang sering diinjak-injak manusia terkutuk. Namun, ada pula yang berteman denganmu. Ada pula yang suka menjahilimu dengan tinta hitam. Sungguh engkau menjadi anggota keluarga bagi dirinya, engkau menampung semua keresahan dan kesedihan mereka. Engkau paling mengerti bahasa mereka dibanding sejenisnya."

"Nak, pada musim kemarau tubuhku tak lagi rindang. Manusia jarang sekali mendatangiku walau hanya sekedar menyenderkan tubuhnya ke tubuhku, walau tak bersetubuh, aku sangat senang jika menjadi berguna. Mungkin keriput yang tergambar di batang adalah tempat yang teduh. Sayang musim ini adalah musim kemarau. Sedikit sekali yang berkunjung kesini."

"Nak, suatu saat kesuksesan mereka tertulis di tubuhmu. Semua cerita tentang mereka engkau lebih tahu terlebih dahulu. Maka bersahabatlah dengan mereka, mungkin beberapa dari mereka akan menanam saudara-saudaramu untuk hidup dan merasakan kisahmu atau kisahku."

Semilir angin menerpa, menjatuhkan daun-daun kuning pada ranting pohon tua.

MH - 03/01/'14

February 28, 2014

Iba

Mengapa menatapku dengan iba?
Sedangkan aku tak pantas bersedih
Aku seorang pria, rasa sakit ini mungkin lebih kecil
Dibanding dosaku, karena kau seorang wanita
Yang telah kubiarkan merintih, meringis perih

Biarkan aku tak terpelihara
Bagai jalang, yang selalu lepas pada saat malam
Mencari hidupnya sendiri hingga mata pejam
Takkan ada kehidupan yang lebih kejam
Selain takdir seorang jalang yang benci telanjang

Takkan ada kehidupan yang lebih setia
Dibanding kopi hitam beserta insomnia

Mengapa menatapku dengan iba?
Sedangkan rumitnya hidup kau bagikan kepadaku
Seperti sebungkus permen yang tiada artinya
Bagi aku yang telah menjelma seorang dewasa

Tawarkan aku kopi hitam,
Aku akan hadirkan masalahmu kedalamnya
Jangan lupa dua sendok gula
Lalu kita minum berdua, pada cangkir yang sama
Biarkan kita menenggak manis dan pahit bersama

MH - 02/28/'14

Buku-buku jalang

Buku-buku jalang
Tak layak dipelihara
Di toko buku besar, di kota-kota besar

Buku-buku jalang
Berkeliaran di luar kota
Bersama induknya, mencari pelanggan

Buku-buku jalang
Adakah diantara kalian yang ingin dipelihara
Oleh majikan yang buta sastra?

MH - 02/28/'14

February 26, 2014

Selepas berdoa

Selepas berdoa, aku bertanya
"Apakah doaku sudah benar?"
Mulut ini pun bungkam
Lalu aku berdoa kedua kalinya

MH - 02/26/'14

February 25, 2014

Anak-anak kelabu

Di sudut semesta yang tak berwarna
Tak tampak hitam dan putihnya
Serta wajahnya hingga garis keriput
Semua serba dibawah abad 20

Anak-anak bermain, kesana kemari
Tak ada bayangan yang mengikuti
Apakah bayangan itu mati, terinjak kaki-kaki?
Atau matahari telah padam, seseorang telah menembak perut senja?

Anak-anak kelabu
Nafasnya menghisap debu
Membakar resah, ciptakan abu
Rindu kembali ke pelukan ibu

Di sudut semesta yang tak berwarna
Ada yang hidup di sana, bersama sekelompok gagak
Menunggu semuanya mati di tempat itu
Dan menyalakan lampu-lampu, hanya Tuhan yang tahu

MH - 02/25/'14

Lilin yang takdirnya menyala ketika tengah malam

Kuberikan sekilas api
Untuk tubuhmu agar menyala
Menyaksikan malam beserta sepi
Heningnya merasuk hingga kepala

Aku ingin terjaga, dengan cahaya kecilmu

Temani aku, rembulan
Kutunggu kabarmu, hujan
Hingga tubuh lilin habis tertelan
Terima kasih untuk gelapnya, Tuhan

MH - 02/25/'14

February 24, 2014

Lelaki yang selalu pulang larut malam

Ada kalanya dilanda bosan
Menghirup udara senja
Tanpa harus menyaksikan
Perginya matahari, lalu tenggelam

Seorang lelaki bersantai di pinggir surau
Dengan kaki telanjangnya
Bernyanyi, dengan suara parau
Ode selamat datang malam

Terlukis di wajahnya, dia ingin masa depan

Bagaimana rasanya, tinggal di desa?
Bagaimana rasanya, tinggal di pantai?
Sebelum jam sembilan lewat
Dia jarang sekali berada di rumah

"Maaf, aku pulang larut malam lagi"

MH - 02/24/'14

February 22, 2014

Semakin banyak syair yang menggantung dirimu

Janganlah nafasmu menjadi kering
Bercumbulah dengan hening
Yang membawamu pada bising
Syair-syair, berbunyi nyaring

Selalu kamu bacakan
Ayat-ayat kesibukan

Taman beranda yang suram
Wajahnya terlukis muram
Tak bersuara, seolah tenggelam
Berakhirlah riwayat kapal yang karam

Ayat-ayat kehidupan
Bahagiakan kemurungan

MH - 02/22/'14

February 21, 2014

Demi kamu

Demi kamu, aku takkan menurutimu
Menyelam kedalam gelap samudera
Dan tenggelam, kehabisan udara

Demi kamu, aku takkan melukaimu
Dengan lidah tajam yang terasah
Menikam mati, mengundang resah

Demi kamu, aku takkan memelukmu
Sebelum memakai baju yang bersih
Hingga diantara kita berhenti berselisih

Demi kamu, aku takkan berjanji
Menggadai harga diri, untuk memiliki
Menjemput kematian, sebelum benar-benar kumiliki

MH - 02/21/'14

Serigala, terjagalah

Tentang kisah kelam
Terang rembulan malam
Masa memaksa mundur
Bukan milik yang tertidur

Nafas yang hijau
Harum telaga biru
Tak ada burung berkicau
Tentang kabar terbaru

Sengaja dimatikan, lampu-lampu
Membawa hening ke dermaga mimpi
Sengaja ditutup, pintu-pintu
Bukanlah waktu untuk secangkir kopi

Aku cukup ditemani serigala
Saat terlelap menjagamu

MH - 02/21/'14

February 19, 2014

Aku mencintaimu hari ini saja

Aku mencintaimu hari ini saja
Yang lalu ialah fana
Mimpi yang mekar nan indah
Aku tak mau cinta didalamnya

Terbelenggu, hentikan nafas

Aku mencintaimu hari ini saja
Mentari esok ialah angan
Tak bisa kuraih dengan tangan
Aku tak mau cinta terhempas

Angin membawanya terbang

Aku mencintaimu hari ini saja
Menghirup hidup, lukiskan senja
Berdua, duduk bersahaja
Menunggu rembulan tersenyum manja

Aku ingin berdua saja

MH - 02/19/'14

Angin muson barat

Sembari menghitung
Hari-hari berganti
Oktober dan april
Masih jauh sekali

Biarkan kami meniup waktu
Biarkan kami menerpa batu

Ada wajah berseri
Tersiram hujan januari
Ada hati menggebu
Menunggu angin terbangkan debu

Biarkan kami menuju april
Menghibur hati yang bersedih

MH - 02/19/'14

Wanita yang terhampar di dalam kesendirian

Sudah kau menyaksikan
Rembulan yang mulai ranum
Menerpa masa senja memerah
Redup cahaya indah aduhai

Ombak biru lincah bersiul
Memanggil dirimu agar tak hanyut
Dalam sendirimu yang sendu
Terbelenggu, sungguh mengganggu

Wahai engkau, wanita cantik
Yang masih terhampar di dalam kesendirian
Janganlah air matamu menjadi rintik-rintik
Deras amukan memanggil tuan hujan

MH - 02/19/'14

February 16, 2014

Seseorang yang mati di kota yang ia kunjungi

Perjalanan ini sangatlah jauh
Tertatih-tatih jarak ditempuh
Kedua kakinya meminta lumpuh
Namun sugesti memaksanya sembuh

Bisakah berjalan beberapa kilometer lagi?

Nafasnya merintih, terengah-engah
Letihnya singgah di langit tengah
Ada yang mengajaknya menutup mata
Semuanya berakhir di kota

MH 02/16/'14

February 12, 2014

Bahasa

Daun gugur menguning
Tak rela ke pangkuan tanah
Sungai panjang mengering
Merindukan hujan, ciptakan basah

Tangan tak berhenti menulis
Kaki tak berhenti berlari

MH - 02/12/'14

Aku akan memanggilmu kelak

Silahkan bermalas-malas
Aku akan memberi uang
Berbahagia dengan dosa
Aku memberimu waktu luang

Suatu saat, janganlah menolak
Aku akan memanggilmu kelak

Silahkan menjadi bijak
Aku akan memberi jalan
Silahkan berlatih sabar
Aku memberimu berat ujian

Silahkan kau berbahagia di mana?
Aku tetap memanggilmu kelak

MH - 02/12/'14

February 10, 2014

Pundi-pundi waktu

Aku tak mau selamanya bekerja
Jika belenggu selalu mengganggu
Mencari uang dan waktu yang kubuang
Pengorbanan tak masuk akal

Aku tak ingin ditebas, makanya aku tak pernah bebas

Jika ada yang membuang waktu
Kuambilnya tanpa malu-malu
Karena aku pemulung ulung
Sebelum sadar, 50 tahun lagi takkan bisa tidur

Aku tak mau menjadi debu

MH - 02/10/'14

Seratus ribu

Seratus ribu habis sekejap
Bagai debu, disapu lenyap
Tak apa, sebelum duniaku gelap
Mataku tak boleh terlelap

Sebelum harga buku mengalahkan rumah
Seratus ribu mungkin lebih murah

Jangan biarkan aku miskin
Di masa depan yang dingin
Membekukan keyakinan yang kuanut
Zaman urban yang menetaskan para penakut

MH - 02/10/'14

Ada apa di bumi?

"Jangan berdosa!",
Ucap ayah mengingatkanku sebelum pergi
Dan aku hanya dapat mengangguk pelan, tak mengerti
Mungkin aku hanya seorang anak yang hidup di zaman suram

Aku menyimak sekitar, lalu menonton televisi
"Jangan berdosa!",
Entah bagaimana caranya wajah ayahku muncul di sana

Aku memilih membaca buku di kala senggang
"Jangan berdosa!",
Kutemukan kalimat itu, di antara lekukan tubuh telanjang buku tersebut

Segera ku keluar rumah, menjadi anak kecil lagi

MH - 02/10/'14

February 07, 2014

Badai kehidupan

Yang lahir setelah bahagia
Janganlah selalu derita
Yang menetas dalam luka
Harapnya bukanlah duka

Hidup itu selalu berlawanan
Anggaplah sebagai kawan
Seperti kopi hitam dan pahitnya
Menerima manis gula di tubuhnya

Tak perlu emosi
Menjabarkan semuanya
Dengan panjang, mencari esensi
Bercampur di dalamnya

MH - 02/07/'14

February 04, 2014

Penikmat kejenuhan

Suatu hari, di tempat ini
Tak ada kicauan burung
Terlihat wajah yang murung
Melihat tubuhnya terkurung

Bisakah keluar dari sini?
Empat tahun cepatlah berlalu

Yang terikat takkan terlepas
Tangan pun mencekik leher
Hingga tercipta keputusan
Melawan atau putus asa

Ingin membawa nafsu, atau ilmu

MH - 02/04'/14

Kata yang berbaris

Adakah yang sudi memberi pakaian
Untuk langit yang telanjang?
Setiap kata adalah benang
Dan lidah sebagai jarumnya

Sudah terasa hangat
Langit tak lagi kedinginan
Telah terkabul keinginan
Yang terpendam dalam jahitannya

Langit hujan tidak masalah
Bukannya hujan selalu mengajarkan
Kisah-kisah sedih yang mencekam
Takkan menyerang dan menerkam

Dan jangan biarkan malam
Melucuti semua pakaiannya
Mengundang para hidung belang
Menggerayangi tubuh mulusnya

Jaga kesuciannya, berkatalah!

MH - 02/04/'14

February 02, 2014

Secangkir kopi hangat, beserta hitam dan pahitnya

Pagi, di malam hari
Musik indie terasa lebih nikmat,
Dibanding secangkir kopi hangat
Sampai habis hitamnya, sehitam rahasia
Yang selalu setia telinga mendengarnya dengan khidmat

Selalu saja, dan selalu saja
Hal itu berulang-ulang terjadi

Ini hidup
Takkan memandang penikmat
Dan memutuskan kapan kiamat
Jika telah menjadi pengkhianat

MH - 02/02/'14

January 31, 2014

Ketakutanku

Aku takut
Jika isi hati ini hangus sudah
Cinta di dalam, serta kenangan
Tertelan cemburu buruk angan

Di peluk tubuh, ada keluargaku
Yang selalu kurindukan hangatnya
Kusadari mungkin ada cemburu di hatimu
Perhatianku menjadi masalah semu

Aku tahu, jatuh cinta itu sulit
Hingga tak bisa mengerti diri
Ketakutanmu, ketakutanku
Hilang kendali, sulit kembali

Akan kukenalkan keluargaku, suatu saat nanti

MH - 01/31/'14

January 27, 2014

Kita telah bersumpah

Kita telah bersumpah, entah kepada siapa
Kita akan hidup masing-masing
Mungkin ada yang hidup di hutan, ada yang menantang ombak
Semuanya tak bisa ditebak

Kita ingin menjahit sendiri, pakaian kisah hidup yang indah

Ada yang berkelana, ada yang diam
Ada yang berkelana dalam diam
Belum tepat menikmati senja
Cerah matahari membuat manja

Jangan punah peradaban
Jaga selalu kenangan
Di hati dan wajah kita yang belum menyatu
Saat terpisah pasrah, dalam rumah kecil pencipta bahagia

MH - 01/27/'14

January 25, 2014

Puisi murah

Kubuatkan seadanya
Puisi murah, benar-benar murah
Tentang dunia, tentang hidup
Tentang Mars, tentang Venus
Tentang segalanya

Tentang menghirup nafas yang panjang, tentang bayar-membayar hal yang tak sepadan

Semua telinga sudah berteman lama
Dengan kisah kehidupan setelah mati
Batu yang sudah mati, dimatikan lagi
Kita bersama tanahnya dimatikan lagi

Bagaimana tentang cinta? Siapa yang bisa mematikan cintaNya kepada kita?

Benar, puisi ini murah
Tidak senikmat jantung saat memompa darah
Tidak semahal pakaian minim dengan harga melangit
Beserta rasa sakitnya hingga melucuti kulit

Kuharap puisi ini terjual di pasar bebas

MH - 01/25/'14

Beranda yang tak pernah bosan ditempati

Kota padat ini
Lampu-lampu ini
Semua menggiringku kembali
Ke rumah masing-masing, beranda yang sudah tak asing lagi

Kita mendiami
Kita jelajahi
Tetap saja rak buku itu terletak di sudut kamar
Buku-bukunya berantakan
Kipas angin yang menyala
Tak pernah mengurangi rasa lelahku

Tak ada yang berubah
Raut wajahnya, atap lantainya
Sudah memasuki usia wafat
Tetapi tetap saja nyaman
Karena aku tahu, disinilah tubuhku
Yang terkubur selama ini

MH - 01/25/'14

Dan bila hujan masih singgah di akhir januari

Dan bila hujan masih singgah di akhir Januari
Dan banjir masih menikmati kota berhari-hari
Akankah kau masih setia
Menunggu hujan reda dan banjir surut?

Apakah kau masih setia
Tertusuk hujan pisau cemburu
Serta tenggelam dalam banjir emosi milikku?

Dan bila aku adalah tanah
Dan kau adalah pohon
Bisakah kau percaya bahwa aku
Akan membantumu berdiri tegak?
Bisakah kau menjaga kepercayaan
Bahwa kau bukanlah tempat berkumpulnya gagak?

MH - 01/25/'14

January 24, 2014

Underwater

Don't escape
From our problems
To solve the riddle
We must stand together
And ever

Don't be lazy
Guidelines never shine
If we're hope to God,
But we never want to take the risk
From our action

Save me

MH - 01/24/'14

January 23, 2014

Memories

Memories are like a cake
If it sweets, we all like it
And we want to buy it again
But remember, memories can't buy with anything

We will find memories
When we're happy together
And don't forget about sad things that make you strong
And we'll see the rainbow in the end

Please, don't burn our memories to ashes

MH - 01/23/'14

Dalam keangkuhan

Lagi-lagi aku meninggalkanmu
Dalam keangkuhan yang lebih lama mendekapku
Sebelum mendapat kabar darimu
Setelah lupa kepadaku

Sungguh, kabarmu seperti koran pagi kemarin. Tak layak dibaca hari ini

Aku menyesal, karena aku paham
Tetapi tak bisa menerima keadaan
Sedih dalam diam dirimu aku rasakan
Larut, seperti matahati senja yang tenggelam

Maafkan aku

MH - 01/23/'14

Perjalanan cinta

Kita tak perlu kesepian
Ketika kita terpisah, mendiami jasad sendiri-sendiri
Lalu termakan perlahan-lahan, bagai lilin
Yang membakar tubuhnya sendiri

Bisakah kita tetap setia?
Ketika jarak tak berteman, dan mengenal kata busuk
Saling curiga, saling tusuk-menusuk
Karena cemburu merasuk

Kutemukan arti cinta
Terselip di antara jarak dan masa

MH - 01/23/'14

January 22, 2014

Perang kuasa

Karena penguasa hanya mengenal daerah kekuasaannya
Soal yang lain mereka tutup mata
Wajah-wajah cemas mereka tak mengenalnya
Mereka hanya hafal lekukan tubuh istrinya saja

Aku bodoh mengurusi orang bodoh

Mungkin sekedar ancaman
Melawan penindasan tak berotak
Revolusi yang tak seindah proses ulat menjadi kupu-kupu
Atau mawar yang mekar karena hujan
Mereka mengambang, seperti terbawa banjir ciptaannya

MH - 01/22/'14

January 21, 2014

Bayang petang

Adakah jalan untuk kembali
Jika aku sudah pergi bersama penyakit?
Yang membungkusku, bagai masa lalu
Selalu memburuku dalam kelabu

Adakah cara untuk kembali
Jika aku sudah kuyup diguyur hujan?
Membuatku basah, ciptakan masalah
Dan tak pernah ku temukan wajah risalah

Oh, aku ingin pulang
Kepangkuan waktu yang benar

MH - 01/21/'14

January 20, 2014

Langit yang diidamkan

Matahari telah naik
Seperti jarum jam yang telah mencapai dua belas
Lalu berlalu saja, tanpa jejak
Tanpa mengobati orang yang menderita

Matahari pun telah turun
Dari mahligai langit yang diinginkan manusia
Yang haus dipandang, padahal tubuhnya telah basah
Mengapa mereka tidak meminum keringatnya sendiri, jika mereka haus?

Matahari telah hilang
Dari mata-mata yang hanya percaya realistis
Mungkin telah terpendam, terinjak-injak
Seperti tanah, seperti rumput
Mengapa tak menginjak tubuh sendiri, yang tercipta dari tanah?

Jika aku di atas sana, apakah aku akan terlupa
Arti namaku sendiri?

MH - 01/20/'14

January 17, 2014

Tanpa terang

Sudah siapkah kita mati?
Membawa harta jasad masing-masing
Berlomba siapa yang paling cepat menjadi kerangka,
Berteman dengan banyak ulat dan belatung di tanah?

Kita akan bertanya-tanya:
Di mana ini? Rumahku sempit, gelap mengelilingi
Di mana matahari? Hingga lupa warna pelangi,
Sehabis hujan, dan sinar purnama

"Anakku mati, anakku mati",
Jerit ibu-ayah memukul tanah
"Aku di sini, aku di sini"
Teriak bisuku, yang hanya bisa memecahkan telinga sendiri

Mengapa takut mati, jika sudah mengenal surga?
Mengenal, bukan mendiami
Keras cinta fana di bumi

MH - 01/17/'14

Pembawa Hujan

Hujan Januari selalu berlari
Ketika aku lapar, lalu terkapar
Sesekali kumakan rumput, pahit
Sesekali kumakan tikus, sakit

Hujan Januari selalu menari
Ketika tubuh tak patuh, menyuruh tidur
Sesekali bermimpi baik, tercekik
Sesekali bermimpi buruk, terpuruk

Hujan Januari selalu menghibur
Ketika uang menelanjangi diriku
Sesekali meminjam, habis
Sesekali membayar, habis

Hujan Januari, keinginanku tak berhenti
Merasakanmu dengan tubuh lapar yang telanjang
Mengingat rindunya yang sangat panjang
Aku rindu dia, pembawa hujan

MH - 01/17/'14

January 12, 2014

Jalan panjang

Jalan yang ku lalui ini
Tiada berujung, tak ada yang berkunjung
Kecuali aku dengan bodohnya
Mencari alam bebas

Aku tidak bodoh, aku hanya melawan kebodohan

Tak pernah menyadari
Ternyata aku tak sendiri
Karena manusia itu satu, dua, ribuan
Melawan indah kiasan

Melewati bersama, jalan panjang selain masa lalu

MH - 01/12/'14

January 09, 2014

Di alam hampa aku hidup berdua

Di ambang cobaan
Aku masih suka tertawa
Karena rasa beban
Derita bersama tua

Mungkin resah akan kutemukan
Setelah berdansa, lalu binasa

Di alam hampa
Aku hidup berdua
Dengan jasad, beserta rupa
Masa muda

MH - 01/09/'14

January 08, 2014

Semut Hitam

Dimana dirimu
Wahai semut hitam?
Bosankah kau bersalaman
Dengan teman-temanmu?

Lupakah kau kepada
Teman masa kecilmu?

MH - 01/08/'14

January 05, 2014

Siapa yang sembunyi di balik pelangi?

Hujan pagi lalu sangatlah deras
Tak biasa hidup keras
Menuntutnya lewati batas
Menyalahkan Tuhan, itu lebih keras

Tak bisa merasakan
Alam memberi jawaban
Tentang jalan keluar
Masalah yang berkibar

Siapa yang sembunyi di balik pelangi?
Merayakan kesengsaraan hidup setelah berlalu

Mungkinkah disana pelakunya?
Tanpa bukti kita menyalahkan
Hal bisu serta fana, mereka tak pernah nyata

MH - 01/05/'14

January 01, 2014

Moment

Stay gold, I'll find you
In the sea of our promises
Stay strong, I'll come to you
In the deep of our memory

Forever young, moment of love
Story begin, our silly love

MH - 01/01/'14

© Aksara Angkasa 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis