"Nak, mungkin kau masih hidup, walau hanya menjadi selembar kertas. Yang sering diinjak-injak manusia terkutuk. Namun, ada pula yang berteman denganmu. Ada pula yang suka menjahilimu dengan tinta hitam. Sungguh engkau menjadi anggota keluarga bagi dirinya, engkau menampung semua keresahan dan kesedihan mereka. Engkau paling mengerti bahasa mereka dibanding sejenisnya."
"Nak, pada musim kemarau tubuhku tak lagi rindang. Manusia jarang sekali mendatangiku walau hanya sekedar menyenderkan tubuhnya ke tubuhku, walau tak bersetubuh, aku sangat senang jika menjadi berguna. Mungkin keriput yang tergambar di batang adalah tempat yang teduh. Sayang musim ini adalah musim kemarau. Sedikit sekali yang berkunjung kesini."
"Nak, suatu saat kesuksesan mereka tertulis di tubuhmu. Semua cerita tentang mereka engkau lebih tahu terlebih dahulu. Maka bersahabatlah dengan mereka, mungkin beberapa dari mereka akan menanam saudara-saudaramu untuk hidup dan merasakan kisahmu atau kisahku."
Semilir angin menerpa, menjatuhkan daun-daun kuning pada ranting pohon tua.
MH - 03/01/'14
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment