December 27, 2015

Berbagi fana

Mungkin seperti lukisan
Daun gugur mengering
Demi menyimak senyum
Dirimu sesering mungkin

Mungkin seperti hening
Dari secangkir kopi
Bersama ranting, risaumu
Sama sekali tak bergeming

Mari kita bersulang
Dengan segelas kehilangan

MH - 12/26/'15

December 24, 2015

Matematika

Seperti matematika
Aku tak melihat angka
Menunjukkan rupa jawaban
Pada keruh kedua mata

Seperti itulah cinta
Seperti itulah

MH - 12/24/'15

December 22, 2015

Tersesat dalam warna

Kursi-kursi telah penuh
Dihuni orang pintar, sibuk berseteru
Tentang kesedihan. Mengapa berwarna abu-abu
Jika sejati air terlihat biru?

Para bodoh pun berlalu
Karena takut akan tertipu
Warna-warna suara kuasa
Menyergap mata atau telinga

Dan menghapus sedih pun terlupa

MH - 12/22/'15

December 16, 2015

Letak cinta

"Kupetakan tujuan hari ini. Mari kita jelajahi dengan saling mencintai. Setelah itu? Apakah cinta membutuhkan destinasi?"

MH - 12/16/'15

Menghadiri undangan

Sudah bertahun-tahun, sejak saat itu
Kita belum mengenal perpisahan
Dalam ruang hampa yang hampir menimpa
Kendali diriku hingga membuangku

Dan cahaya menemani harimu
Lebih terang daripada kenangan
Kita di masa lalu, di masa itu
Kita riang bermain dengan waktu

Mungkin saja kau mengingatku

Lalu kuterima undangan
Saat kau sedang elok rupa
Dibanding aku, sebuah kata yang tak pantas diucap
Bahkan oleh mulut seekor binatang

Mungkin saja kau merinduku

Aku lupa, beberapa hari lalu
Di mana kuletakkan persis kepala
Di mana kusimpan beberapa tawa
Di mana kusiapkan waktu untukmu?

Tak ada yang peduli tentang itu

MH - 12/16/'15

Laki-laki yang ingin mencapai puisinya

Di setiap bait, asa demi asa
Ketika gelisah ia selalu bacakan
Pelan-pelan, agar hening terdengar
Melawan keluh gemuruh kepala

Cakrawala kian gelap mengancam
Ia telah mati beberapa hari
Dan belum mengingat satupun
Perbuatan yang menghidupkan dirinya

Dan puisi-puisinya mengingatkan
Bahwa dirinya semacam omong kosong
Yang diucapkan ketika berisi
Benar, ia pun kembali mati sebentar lagi

MH - 12/16/'15

December 14, 2015

Menghidupkan doa

Ada sebuah doa yang panjang
Tentang pesan, perasaan yang pejam
Teramat besar, yang terucap takkan padam
Pendengar acuh tak paham

Kubiarkan kata-kata ini
Berkembang biak sendirinya

MH - 12/14/'15

December 12, 2015

Menatap jendela

Di balik jendela, ada rindu yang buta
Tak peduli siapa yang melukai
Berkali-kali, melupakan belenggu
Yang tercipta sebagai pengganggu

Telepon pun berdering memanggil
"Dimana kau yang dulu?"

MH - 12/12/'15

November 30, 2015

Amaryllis

"Because survive doesn't make sure our love revive"
MH - 11/30/'15

November 14, 2015

Menggambar kesepian

Kepalaku selalu sibuk menggambar
Pemandangan yang bahkan tiada di angan
Serta mulut tak berhenti mengumbar
Rahasia terdalam, membuatnya tenggelam

Aku harus apa? Ku tekan nomor telepon
Yang bahkan aku lupa siapa namanya
Yang kurindukan, semua sudah kutitipkan
Terkunci rapat, perih yang bungkam

Ku ingin ceritakan semua
Sebelum menjelma tua

Ada puisi yang kutitipkan
Pada mulut yang belum kuserahkan
Kecupnya untukmu, kekasih
Sekali lagi, aku lupa menaruh rindu

Ku petakan dimana kata-kata
Puitis, romantis, namun di mataku
Selalu saja menangis, karena kata itu
Hilang eloknya semenjak kau pergi

Aku harus menulis lagi
Sebelum terlelap di ujung pagi

MH - 11/14/'15

November 09, 2015

Merindukan tiada

"Di mana kau dapat menemukan
Angkasa yang luas pengetahuan,
Di sana kau dapat menentukan
Pasanganmu, seraya timbul di permukaan."

Pesan berikut telah disampaikan
Untuk para pencari keabadian
Kekasih, yang mendapat macam cacian
Dari cinta tanpa pelukan

Selamat pagi semua
Dari semesta yang bersua
Dan kecupnya, menelanmu jua
Mengajakmu berdua hingga tua

MH - 11/09/'15

Sekejap mata

"Kita melupakan kematian, seolah kematian melupakan kita"

MH - 11/08/'15

October 23, 2015

Diskusi

"Bahwa kematian pun membutuhkan hidup"

MH - 10/23/'15

October 08, 2015

Pejam

"Depresi bukanlah ekspresi ekspektasi"
MH - 10/08/'15

September 27, 2015

Menepati janji

Tak berkedip, mata ini dipenuhi
Kelap-kelip, dirimu, kunang-kunang
Pelangi, malam hari, tak mungkin
Bercampur hingga musnah keinginan

Aku masih di sini, menggali
Mencari, menari, membabi
Memanggilmu yang semakin hari
Mengantar hingga lenyap akalku

Setelah semuanya kembali
Aku dengan iri, kau dengan api
Tuhan dengan janji, semua bersaksi
Kita kan kembali menjadi teka-teki

MH - 09/27/'15


September 26, 2015

Pilihanmu

Tentang cara Tuhan menanam jodoh
Jatuh cinta bukan hal yang bodoh
Sekalipun dilukai satu-dua kali
Beberapa kali, tak terhitung lagi (kebodohannya)

MH - 09/26/'15

September 23, 2015

Tetaplah!

Engkau matahari:
Dahulu, kau seterang sinarnya
Hingga hilang sejauh dirinya
Walau tetap menghangatkan

MH - 09/23/'15

September 09, 2015

Kepada kekosongan

Dengan rela kugadai kepalaku
Bersama kebimbangan di dalamnya
Tak apa, ketika ku telah melunasi kepalaku
Dengan puisi, mampukah kau bersamaku?

Menjadi mekar bunga peredam murka
Entahlah, terlalu sulit untuk diterka

MH - 09/09/'15

Kepada pertikaian

Sebab aku ingin buta
Agar aku tak mengenalmu
Baik atau buruk, malaikat akhirat
Yang rela menghampiri untuk kiamat

Setiap hari telah dipenuhi keramaian
Aku diserang perasaan tak beralasan
Mengapa mengingatmu ialah perkara
Mengajakku gembira, kemudian murka

Suatu saat nanti, di kedai kopi
Ku kan berbincang pada kejujuran
Semakin lama kian hilang hadirnya
Karena sibuk mencarimu, kepastian

MH - 09/09/'15

August 25, 2015

Teka-teki elegi

Kau tahu? Mengerti sunyi sangatlah rumit,
Sedangkan ramai hanya berbanding sempit

MH - 08/25/'15

August 15, 2015

Kesibukanku

Kesibukanku ialah kepalaku
Yang dipenuhi semu dirimu

MH - 08/15/'15

August 04, 2015

Biarkan rindu itu, aku yang bayar

Apa yang aku sepakati
Tentang dirimu, aku akan kembali
Ke masa itu, masa dimana api
Lebih sejuk daripada menepati janji

MH - 08/04/'15

July 31, 2015

Pesan untukmu

Aku merindukan kepulanganmu yang semakin pergi

MH - 07/31/'15

Kita lupa cara bersua

Luka yang paling mengerikan
Bukanlah ancaman tajam pisau
Melainkan beberapa tanda tanya
Yang bersemayam dalam ragu--tumbuh

Andai prahara adalah lukisan
Yang kau tak paham artinya
Atau puisi yang persetan isinya
Kita takkan selamat selamanya

Kita lupa cara berdua
Bertemu dalam mimpi pun enggan

Ada yang perlu diperbaiki dalam kelakuan:
Pengkhianat ialah musuh semesta
Pengingat ialah bencana kedamaian
Pemaaf selalu berkhianat dalam mengingat

Kita lupa cara bersua
Menyapa dalam mimpi pun enggan

MH - 07/31/'15

July 26, 2015

Kelak

Hutan itu semacam waktu
Yang kita tunggu tumbuhnya
Semakin cepat, semakin tua
Semakin kokoh, semakin rapuh

Semakin menjadi pikiran kita

Sudah saatnya kita berwarna
Berlibur kepada alam, tak terlintas
Selain cinta, tanah terinjak itu
Wisata terakhir yang kelak dirindukan

MH - 07/26/'15

July 24, 2015

Pelupuk mata

Teruntuk rindu: aku linang air mata

MH - 07/24/'15

July 19, 2015

Aku dan kelakuan

Aku tak pernah memenangkan lomba apapun:
Fisika, Matematika, bahkan dirimu yang tak disangka
Di kepalaku. Memahami manusia lebih sulit dibanding mereka
Yang dapat diterka dengan asal logika

Bedebah demi bedebah
Sampah demi sampah
Mereka berlomba membuat wajah
Paling teduh dibanding rumah-rumah

Bagian terburuknya:
1. Aku manusia;
2. Aku tak bisa memenangkan diriku;
3. Siapakah yang dapat menenangkan diriku?

MH - 07/23/'15

July 11, 2015

Kekeliruan

Menurutku, senyum bagaikan sebatang ranting
Yang kau injak beserta daunnya
Dengan kakimu, walau bagimu bukanlah sebuah perkara
Jika melukai tanpa melihat rupa

Kita pura-pura tidak mengenal
Hingga benar-benar saling mengenal

MH - 07/11/'15

June 23, 2015

Menantikan redup

Matamu selalu menunjukkan pukul enam kepadaku
Sehingga hanya sekejap saja kita bertatap
Seperti surya tenggelam, senja yang kita nantikan
Di pantai yang sepi dikunjungi dibanding kenyataan

Kita berlari-lari mengejar waktu
Seolah yakin bahwa umur tinggal sepekan lagi
Denganmu, sumber di mana air mataku
Meluap hingga liangnya: perpisahan

Maaf, aku hanyalah pria romantis yang selalu mengajakmu menuju sepi

MH - 06/23/'15

Berakhir pekan

Daun lebih lihai bercerita
Tentang tenang dibanding mulut
Buku lebih pandai meletakkan
Di mana was-was berada seharusnya

Mereka penjelajah yang pintar menyamarkan
Pikiran. Dari berakhir pekan hingga pekan berakhir

MH - 06/23/'15

June 09, 2015

Lampu merah

Kerumunan jalan selalu berhubungan
Dengan lampu-lampu, cahaya, menyakiti mata
Dan perasaan gelisah yang kian meresah
Mendesah, tiada apa-apa selain memerahkan marah

Aku disini menikmati, (atau lebih tepatnya) mengamati
Hidup yang semakin tidak hati-hati
Tentang jalanan, tentang kepala mereka, kian mati
Tentang elegi yang kita hindari pergi

Kita hanya sekumpulan kesepian
Yang lebih silau dari keramaian

Benar, ada jalan melayang di kepalaku
Menjulang tinggi menghalangi langiku

MH - 06/10/'15

June 02, 2015

Dapatkah sajakku kali ini singgah pada kebimbanganmu?

Apakah mampu luka darimu
Menenggelamkan kapal di kepalaku?
Berharap mati geramnya hati
Yang semakin karam, di lautan tanpa garam

Dusta demi dusta, elok kuceritakan
Dalam kisah cinta penuh perjuangan

Adakah teka-teki darimu
Memutar paksa isi kepalaku?
Selain memahamimu, tolong beritahu
Kepadaku, bagaimana nelayan menjaring hatimu tanpa perahu?

Kau bisikkan kepadaku dua hal:
"1. Perasaan ialah makhluk yang tak pernah lelah berhutang;
2. Kejujuran ialah alat pembayaran yang sah dibanding uang."

MH - 06/02/'15

May 14, 2015

Anestesi

Karena semua merasa sehat,
Rumah sakit sibuk berwisata
Sepanjang hari, ragu kembali

MH - 05/15/'15

May 09, 2015

Berkunjung

Kita--atau mereka, pintar sekali memilih busana
Yang tepat untuk menutupi suatu kebohongan
Warna cerah mencolok mata dengan kebahagiaan
Sungguh, sekeras apapun takkan samar suatu kesedihan

Tak ada yang tahu, sebenarnya ini pesta apa?

Pesta ini sengaja mewah, meriah.
Sebegitu riuh agar mereka mampu menjatuhkan peluh
Dari mata yang lelah lalu menyerah
Hingga semua tahu siapa yang lebih binatang

Apakah di pesta ini membutuhkan sepasang tawa--kau dan aku?

MH - 05/11/'15

May 07, 2015

Rehat

Kelak kan kau rindukan: Perut yang lapar,
Angin pembawa kabar, ingatan yang terbakar
Dan terkubur. Manusia-manusia secara ajaib
Mengajakmu masuk ke dalam kelompok basa-basi

Mereka semua tahu: Ingatan paling mampu mengubah semua niatan!

Sedangkan aku berharap setiap pagi
Di sepanjang jalan, Aku berpikir untuk menghentikan
Kemacetan pikiranku, berlalu-lalang. Itu semua namamu
Menyebabkan sesak, dan harus dibuang satu-persatu dari mulutku

Kecuali kau. Perihal cinta adalah basa-basi

MH - 05/07/'15

May 05, 2015

Menghibur diri sendiri

Angka minus lima berkuasa di dalam mataku

Memakai kacamata tetap saja tak membantu
Diriku, masih rabun melihat dua perihal: cinta dan khianat
Tak lupa sulit membedakan antara kebodohan
Dengan macam-macam solusi di pikiran

Aku jarang sekali berolahraga, hingga pada suatu hari
Aku pulang dari klinik, membawakanmu oleh-oleh berupa penyakit
Yang di derita banyak orang. Penyakit itu menyerang hati
Dan bisa saja mereka bunuh diri, dan mati

Langit-langit tak berisi awan lagi, melainkan teka-teki

Langit-langit pikiran selalu pancaroba
Musim cinta dan ketidakpercayaan saling beradu
Aku selalu bingung mengapa langit di kepala
Tidak ditumbuhi awan, melainkan berada di ranah hati?

MH - 05/05/'15

May 04, 2015

Menerjemah pelukan

Di suatu potret, di kejauhan
Masa lalu terbungkus dan terbingkai
Secara bangkai. Otakku mendidih
Menerjemahkan pelukan di dalamnya

Wajahmu seraya senyum, menyambut esok
Dengan merebut esokku, perlahan memperhatikan
Pelukan-pelukan mulai tak bermajikan
Perihal gurat senyummu dibuat oleh siapa?

Setelah tahu semua, lenganku tidak cukup panjang
Menciptakan pelukan paling erat dan berat
Untuk dilepaskan, kau burung dalam sangkar
Di pelukan bara, membuatku terbakar

Rahasia demi rahasia
Kita semakin manusia

MH - 05/04/'15

Doa

Tak peduli sekutuk apapun,
Selalu elok rupa doa
Pada telinga para pengucap--pengecap
Bukan berarti Tuhan

MH - 05/04/'15

May 02, 2015

Sepanjang jalan

Sungguh, tak bertanggung jawab diriku
Melapangkan jalan-jalan tanpa kian meramaikan
Dengan terbakarnya api, atau air yang membanjiri
Sepanjang pandang pertarungan suatu pemikiran

Oh, sungguh. Tertipu. Kabut hanya sekumpulan asap-asap
Menyerbu menjelma debu, semakin abu
Taman bermain hanya mengajakmu berputar-putar
Serta kota takkan bisa mengecilkan pengaruhnya--sebuah desa

Hingga tiada lagi perayaan
Kelahiranmu, atau perpisahan kita

Sementara: aku tetap setia melapangkan jalan
Tanpa meramaikan, aku ingin membawa kabar
Kepadamu: Sungguh, aku baik-baik saja
Tidurku hanya menggumam namamu, bukan mengutukmu

MH - 05/02/'15

April 29, 2015

Pernyataan pertanyaan

Di sebuah pesta tanpa alas kaki

Siapa yang rela tak menciumimu bibir,
Memeluk, tetapi mencintaimu hingga akhir?

Itu aku

Lalu, siapa yang tak menipumu hingga pesta berakhir?

Tuhanmu

MH - 04/29/'15

April 28, 2015

Semakin dalam

Di kesunyian, ada lirih paling merintih
Terisak, terusik akan tajam belati
Yang mengoyak habis tubuh melati

Lalu keriuhan pun hadir, sepasang kekasih memutuskan pergi
Ke ujung jalan, berpisah dengan mempertemukan tatap
Semakin dalam, mereka memalingkan wajah dan memulangkan hati

Semakin dalam, mereka membuat puisi
Tentang diri sendiri, tentang melarikan diri
Tak pernah menjanjikan darinya kepulangan

Seperti kau dan aku
Semesta yang menyatu,
Lalu saling berburu

MH - 04/28/'15

April 26, 2015

Sendu hutan ingatan

Telah muncul penuh di kepala
Semacam hutan, dari sekumpulan pertanyaan
Membahasmu, yang hilang pada perayaan
Tanpaku. Aku enggan menjelma api di kepalaku sendiri

Sehabis perayaan, aku sibuk menulis surat
Untuk dewasaku yang semakin tersesat di masa depan
Atau lampau, surat itu berisikan macam-macam
Pesan yang kau lupakan sebelum terlunta

"Apa ku terlalu sibuk mengurusi hutanku?
Dan kau sibuk melibatkan cuaca di kepalaku?"

Tiada habisnya aku menyebutmu berulang-ulang
Tanpa balasan yang tak kunjung pulang
Hingga pada akhirnya kepalaku hilang,
Direbut sajak-sajak puisi menyimpang

MH - 04/26/'15

April 24, 2015

"F"

"Experience is all about falling and failing"
MH - 04/24/'15

April 18, 2015

Pernah ku ditertawakan

1.
Pernah ku ditertawakan tentang setia,
Atau bodoh. Menurutnya, (yang pintar) menilai masa depan

2.
Setiap ku ceritakan perih yang rintih
Dia tertawa, sebab kau tak juga sedih

3.
Bolehkan sesekali saja? Ku memohon
Kau menangis, walau tak mengerti?

MH - 04/18/'15

April 17, 2015

Ada yang hujan

Ada yang hujan di mendung mata
Ada yang gugur di daun telinga
Bersama-sama kehilangan cerah wajah
Entah menjadikan apa: rencana atau bencana?

Perihal rindu terucap di ujung sepi
Bagai peluru yang ditembak senpi

Ada yang tumpah di langit lidah
Semacam hujan bercampur tajam hujatan
Komposisi berani melawan segala bantah
Kejujuran yang rupa khianat sebenarnya

MH - 04/17/'15

April 15, 2015

Adab menutup hati

Bahkan ada yang menganggap perpisahan ialah hal abadi
Terekam di benak diri, tak peduli tenggelam surya
Atau berpusing di suatu tempat sunyi berisik
Dengan hening-hening perilaku paling tragis

Sementara berlomba: Siapa yang paling cepat melupakan aroma embun pagi hari?
Siapa yang paling cepat meluapkan pasang laut malam hari?

Pihak mana yang lebih santun membuat cerita
Bahasa nelangsa yang terhanyut cinta
Oleh semi semu banal, perayaan peristiwa
Seseorang yang telah lama menunggu dirimu tertawa?

MH - 04/16/'15

Menanam penyakit

Rupa-rupa, wajahnya jelmaan pura-pura
Bagai negara, semakin hilang seru suara
Bahasa, keyakinan, kita hanyalah alat
Serta mereka pemilik kebijakan paling keparat

Pura-pura, warnanya kian rupa-rupa
Paling pandai mengelak dengan lupa
Telah pudar, mencapai batas atas keraguan
Keikhlasan, tiada bicara tentang kesempatan

Kesibukan yang dipuja: Kesepakatan, kesepakatan
Aku: si miskin yang selalu tabah
Kau: si polos yang paling gegabah
Mereka: penjahat bedebah!

Dan kita berusaha mencintai setiap tubuh dan mengobati seluruh penyakitnya

MH - 04/15/'15

Hampa

Kaulah orang yang paling tahu: Aku seorang pemboros
Menghabiskan percuma sejumlah dari air matamu
Hingga kering keruh, perasaan, cinta
Atau apa? Akulah ember tak mampu menampung air lebih dari hujan

Mataku samudera: Aku paling serakah tentang laut,
Tentang langit. Segala hal tentang biru, kecuali kau
Sepasang hitam bola mata, bertanda malam
Tanpa laut pasang di kedalamannya

Setajam apapun mata, seluas apapun penglihatan
Ku tak temukan pagimu, dengan masa depanku

MH - 04/15/'15

April 10, 2015

Antariksa

Seratus tahun lagi, mungkinkah pohon-pohon itu
Menancap ke angkasa? Berguguran daun itu
Menangis, perlahan jatuh menjelma api
Takkan padam hanya dengan hening sepi

Melipat-lipat pikiran hampa
Tubuh-tubuh penyebab gempa

Akar-akarnya merambat tanpa mendarat
Sekalipun, terhadap suatu fenomena barat
Tetang matahari, bulan, serta galaksi
Komposisi, kegilaan ialah puisi--semacam ilusi

Kegilaan itu ditanam sendiri
Pada ruang berpenghuni--sunyaruri

MH - 04/10/'15

April 06, 2015

Pemberi hadiah

Adapun angin yang memberi hadiah untukmu:
1. Angin lembut, yang selalu membawakan kabar;
2. Angin ribut, yang selalu membiarkan kabur;

MH - 04/06/'15

April 03, 2015

Penakut

"Kebimbangan ciptakan ketidakseimbangan"

MH - 04/03/'15

April 02, 2015

Mari bertanya tentang hidup

"Pertanyaan selalu lebih jujur dibanding jawaban.
Pernyataan: Bertanya lebih mempengaruhi kemuliaan dalam menjalani kehidupan"

MH - 04/02/'15

March 28, 2015

Penjaga rahasia

Engkau tahu? Bahwa uang dapat membawamu
Kepada penjaga rahasia seorang yang kau benci
Sebenci-bencinya hingga di hadapanmu
Dia seorang banci yang rela menjadi buruh-tukang cuci

Sayang sekali, itu hanya dongeng
Yang membuatmu terlihat semakin cengeng

MH - 03/28/'15

Ayat-ayat resah

Karena kelahiran bukan membahas perkara
Putingmu yang menggoda, atau nakalnya kelamin kita
Bersama asa dan doa yang selalu suci
Serta kesibukan manusia membebani nama anaknya

Leluhur kita banyak menularkan penyakit
Sedikit-demi-sedikit pada anakmu, anakku

Pepohonan itu, buah-buahan itu
Permohonan itu, tiada membantu
Memastikan cerah ialah bahagia
Mendung menjulang ciptakan bencana

Bukankah kehidupan tak menuntut
Perihal kesempurnaan yang tidak sempurna?

MH - 03/28/'15

March 25, 2015

Retorika

Ada tempat dimana luka
Dapat disembuhkan oleh garam
Ada tempat dimana duka
Dapat dimatikan bersama cinta

Ada kaki-kaki melangkah
Menuju pesona penuh fana
Ada tangan-tangan meraba
Lekuk tubuh lautan kata

Ada suara-suara lenyap
Tertelan busuk di kotak sampah

Ada apa sebenarnya?

MH - 03/26/'15

March 20, 2015

Pengganggu

Karena setiap kamar memiliki kunci
Karena setiap insan memiliki benci
Rahasia ialah hal yang paling abadi
Dalam menawarkan apa itu ketidakpercayaan

Sedang engkau dikejar-kejar cinta,
Dan diriku dikekang olehnya

Karena setiap rumah memiliki rangka
Karena cemburu lahirkan buruk sangka
Kesetiaan ialah hal yang paling khianat
Dalam menjalani cinta tanpa kepercayaan

MH - 03/20/'15

March 14, 2015

Sepasang kekasih (sayang)

Ceritakanlah kisah tentang sebuah kamar:
Mari susupi bersama, kita adalah penjelajah angkasa
Yang pandai merajut hening dalam kesedihan
Dan menjual gelap pada kesenangan

Kita paling mahir berdiskusi tentang solusi,
Serta mencintai kekalahan tanpa lelah

MH - 03/14/'15

March 12, 2015

Sepasang kekasih (kasih)

Matamu: Serupa malam, senang sekali menggantung purnama
Harap serta bintang, kilaunya tak pernah lelah
Mewarnai kota yang telah sunyi dengan rindu
Akan sesak di detak jantung yang memburu

Sebisa mungkin aku mendiami tangis,
Mengayomi rasa sakit yang paling bengis

MH - 03/14/'15

March 09, 2015

Bianglala

Hujan, seperti biasa aku ingin memesan tempat
Untuk berteduh, tidak lupa beserta sunyi
Yang kau selalu hidangkan dengan gemuruh
Dan sejuk yang mampu lenyapkan peluh

Semakin lama semakin dingin
Angan memelukmu semakin ingin

Silahkan, burung pun bebas berkicau
Dalam cuaca yang semakin kacau
Karena rindu yang telah lama kupelihara
Menjelma dendam bersama prahara

Rela menunggu hujan reda
Demi kekasih yang tak berbeda

MH - 03/09/'15

March 06, 2015

Pendiam

Adalah cerdik, merindumu bagai api
Yang musnahkan seluruh hingga habis
Tak tersisa, seperti rahasia yang terbongkar
Dalam peti-peti teka-teki yang lenyap terbakar

Dan akulah satu-satunya penjantan
Yang tersisa, pada alam yang tak menerima alasan
Dengan air mata atau sajak dendam
Terpendam dari seorang pendiam

Rindu ini takkan pernah kehilangan majikannya

MH - 03/07/'15

March 02, 2015

Pemurung

Ketika mata mulai terpejam,
Rindu padamu semakin kejam

MH - 03/01/'15

February 25, 2015

Pahit

Nyatanya, kau merindukan hujan demi pelangi
Bukan demi hujan itu sendiri

MH - 02/25/'15

February 07, 2015

Bukan hal remeh

"Kekurangan ialah kelebihan yang tertunda"

MH - 02/07/'15

Beberapa kutipan yang tak sempat diabadikan #2

"Mimpi itu murah, kau hanya perlu bertindak untuk membayarnya"

"Jika mudah diraih, bukan impian namanya"

"Ketidakmungkinan pun dapat dihitung"

MH - 02/07/'15

Tuhan pandai menghibur

Jika bicara tentang keheningan
Padamkan lampu, kita bercumbu
Dalam resah, hingga tenggelam
Memaksa tunduk seumur hidup

Karena air mata ciptakan penyesalan,
Dan Tuhan lahirkan penyelesaian

MH - 02/07/'15

Ketika nafas tak lagi kau rindukan

Ketika nafas tak lagi kau rindukan
Aku hanya sekumpulan kehilangan
Yang tertiup lara, aku adalah kiasan
Yang kau hiraukan keadaannya

Mataku memusuhi air mata
Tiada alasan, seperti sumpah yang suka berdusta

Di lain tempat, kau pun hampir sama
Memusuhi perihal dosa-dosa
Dengan secawan anggur dan noda
Serta segala dendam yang tertunda

Kau dan aku, apa bedanya?
Pertanyaan itu membuatku tak berdaya

MH - 02/07/'15

February 06, 2015

Sebatas judul

"Karena kata tak mudah tertancap pada angkasa"

MH - 02/06/'15

Layang-layang

Adalah alasan jika kau terbang
Mengisi angkasa-angkasa muram
Kepadaku, perasaan yang ambang
Berisi penuh gelap malam

Saling bicara, suara-suara
Di kerumunan langit lara

Bisakah kali ini saja
Kau terbang seraya bebas
Sedang aku menjadi raja,
Tertawa riang bersama lepas

MH - 02/06/'15

February 03, 2015

Aku bukan komandan

Dia menceritakan beberapa kisah: tentang pilot,
Tentang polisi, jendral, bahkan presiden
Menjulang hampa, hampir tak menjawab
Teka-teki semesta tentang kedewasaan

Dan siapa yang lebih mencintai perwira
Dibanding kisah lelah-letih orang tua

MH - 03/29/'15

January 24, 2015

Buta

Mereka bilang: Hidup hanya sekedar doa,
Dan asa ialah pulau yang paling kita rindukan
Kisah ini teruntuk padamu, sebuah telaga
Yang kutengguk semua, hingga hilang rasa hausnya

Dan api sangatlah ulung
Membakar apa itu bahagia
Dengan tak bersisa, semua lenyap
Entah semu ataupun nyata

Padahal, Dia hanya membakar matamu saja

MH - 01/26/'15

January 15, 2015

Pengingat

"Belajarlah menjalani, lalu silahkan mencintai"

MH - 01/15/'15

January 12, 2015

Melebihi angan

"Waktu bukan alasan kehilangan,
Melainkan kita yang melebihi angan"

MH - 01/12/'15

Bisa dibilang hebat

"Bisa dibilang hebat, jika dapat mencintai kehilangan."

MH - 01/12/'15

January 05, 2015

Fana(tik)

Yang melintas di mata bukanlah cinta,
Melainkan gugur daun yang bercerita
Tentang perih setia di suatu tempat
Yang bahkan saat tak lagi berada di sana

Yang melintas di telinga bukanlah nama,
Melainkan deru mesin yang keras
Meredam sunyi yang telah kubuat
Dengan susah payah, menjaga rahasia

Yang melintas di mulut bukanlah bibir,
Melainkan sebuah surat yang kukecup
Sedalam-dalamnya, membayangkan senja
Terlarut, dalam ciuman selamat tinggal

Yang ku tahu, rindu ciptakan siasat
Agar kau kembali, tanpa akal sehat

MH - 01/05/'15

January 04, 2015

Jatuh cinta itu tidak sakit

Jatuh cinta itu tidak sakit
Sebelum tak bisa memilih
Atau tak terpilih, segalanya pahit
Hingga terluka dan perih

Mereka yang saling memiliki
Ialah yang paling akan mengerti
Kehilangan yang perlahan mendaki
Terjatuh berulang kali, hingga mati

Sekali lagi ku katakan:
Jatuh cinta itu tidak sakit

MH - 01/04/'15

January 02, 2015

Bukan dosa

"Hanya doa yang setia memelukmu dari kemurungan"

MH - 01/02/'15

© Aksara Angkasa 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis