December 28, 2016

Pemakaman

Jika menulis ialah oksigen
Apakah aku telah mati sejak itu?

Apakah kau terkubur indah di dalam tulisanku?

MH - 12/28/'16

November 13, 2016

Jelajah rasa

Ada pun rupa yang serupa
Namun kita terus membicarakan
Di pertemuan berikutnya, dan berikutnya
Dan berikutnya, dan seterusnya

Pahit ini enggan tenggelam
Menuju relung yang dalam

MH - 11/13/'16

October 22, 2016

Kekosongan

Seperti pangkuan
Yang tiada terisi
Dalam ucap puisi

Aku takkan pernah menjadi waktumu

MH - 10/22/'16

October 13, 2016

Akhir-akhir ini aku belum menikmati puisi

Sedangkan kepala ini
Sibuk memutar ulang alasan
Keresahan yang sering disebut
Kesabaran yang sering direbut

Aku adalah angin ribut
Menciptakan kata-kata yang berkelut

MH - 10/13/'16

September 20, 2016

Kekeliruan

Manusia tak dapat membaca alam
Karena enggan mempelajari kalam

MH - 09/20/'16

September 07, 2016

Kesedihan yang dipajang pada etalase toko

Ada sepanjang jalan yang kau tak hitung panjangnya
Aku jatuhkan air mata di perjalanannya, meninggalkan jejak
Dan meninggalkan tanya: "Mengapa harus terluka,
Bila sejauh ini air mata tak kunjung reda?"

Mereka bilang menghitung rintik hujan ialah keharusan
Dalam kesedihan, tiap rintiknya menjelma kehausan
Pada kerongkongan yang semakin gurun
Karena air mata yang semakin turun

Tidak lama kemudian, senja hadir di depan mata
Dan semesta pun mulai bertanya:
"Sejak kapan kita berharap padam?"

Dan tersadar, tugas air mata bukan untuk memadamkan
Melainkan meredakan

MH - 09/07/'16

September 06, 2016

Kompas

Suatu hari kelak kan sadar
Sudah lama sekali aku hilang
Mencari dirimu, berulang-ulang
Dalam ketidaktahuan jalan pulang

Aku butuh mata yang tak pejam
Aku butuh mulut yang tak bungkam
Ketika tenggelam, sekejap tersadar
Kelak lebih kubutuhkan genggaman

MH - 09/06/'16

August 17, 2016

Dirgahayu

Perlahan-lahan, emosi tumbuh
Ke langit-langit yang kian runtuh
Dan mata paling pandai menipu
Diriku, dirimu, di antara segala perlu

Saban hari terlihat diam
Langit mulutnya enggan bungkam
Berbincang di dalam hati
Memanggil namamu berhari-hari, berhati-hati

Tiada ingin menopang kalut
Tubuh milikmu yang bergelut

Kelak, semoga anakku tetap bernafas di asuhanmu

MH - 08/17/'16

August 12, 2016

Tiada ampun

Semua berlalu
Kembali kepadaku
Tentang belenggu
Dosanya menunggu

Aku tidak rindu
Tentang kepulangan
Tenangku yang abu
Sungguh beban bagiku

Hanya perlu seminggu,
Aku kembali hancur
Tiada ampun

MH - 08/12/'16

July 15, 2016

Pernikahan fana

Masa itu menjelma gugur
Rindu sedang sibuk di kala itu
Kau juga, dia juga, aku juga
Dan tiada bertemu juga

Dalam pikiran raya
Aku bertanya, perlahan
Kita berteman karena apa?
Kita mengenal berkat siapa?

Sendirian, tanpa kesepian
Aku berbincang layaknya orang gila

Pada hari nanti
Ku ingin ucapkan selamat
Pada kekosongan, menyapa
Berbahagia di sana

MH - 07/15/'16

July 10, 2016

Mengendalikan rindu

Dini hari, ku baru pulang
Dari lelah yang diperbincangkan
Tiap peluh. Menetes. Satu per satu
Menjelma laut, merendam segala tabah

Aku perlu bicara
Denganmu saja
Dengarkan saja

MH - 07/10/'16

June 28, 2016

Pandir

"Semakin serangga dirimu, jika tiada berilmu"

MH - 06/28/'16

June 26, 2016

Selalu bertanya

Sepenuhnya
Aku menambal luka
Dengan kata-kata
Yang menjelma doa

Dan kau selalu bertanya
Tentang nama siapa
Di dalam doa

MH - 06/26/'16

June 23, 2016

Ziarah

Ada yang dirindukan dalam kepulangan
Apakah pelukan atau kata-kata?
Tiada menahu, akulah wajah senja
Dibiarkan terbenam dengan sengaja

Tanpa saling mengusik,
Angin tenang berbisik

Semakin hari, puisi lirih dan iba
Melihatku sibuk berhitung waktu
Dan memilih kata-kata tertentu
Menjadikan temu dipenuhi utuh

Telah ku titipkan pesan:
Aku tengah berada di pemakaman kata

MH - 06/23/'16

June 18, 2016

Tenang

Perlahan-lahan, emosi kan tumbuh
Ke langit-langit yang kian runtuh
Dan mata paling pandai menipu
Diriku, dirimu, di antara segala perlu

Tabah bagiku menopang kalut
Tubuh apimu, semakin menyulut

Perlahan-lahan, aku berdoa
Mengadahkan tangan dan kata
Atas nama kebaikan, terabaikan
Karena perilaku yang buta arah

Kau sedang di mana?

MH - 06/19/'16

June 14, 2016

Terbawa cinta

Tatapmu membawa laut
Menerpa kepadaku, tenggelam
Penyebab jantungku berdetak
Mengucap rutin namamu

Kau biarkan terbalik
Elok senyummu
Bagai gurat bianglala
Tanpa kesedihan hujan

Berharap pelukmu
Merawat harapku

Yang ku tahu:
Jemarimu pemantik api,
Membakar hidup diriku
Dalam keinginan memiliki

MH - 06/14/'16

June 09, 2016

Tidak seperti kita

Hujan tidaklah seperti kita yang selalu keras berteriak
Kepada makhluk lainnya, tidak seperti kita.

Kemarau tidaklah seperti kita yang selalu garang mengering
Kepada hal yang tumbuh, tidak seperti kita.

Seperti rindu
Menolak macam berpisah,
Tidak seperti kita.

MH - 06/09/'16

Sudah jelaskah?

"Pengkhianatan ialah bentuk kesetiaan yang tidak patuh"

MH - 06/09/'16

May 28, 2016

Selamat berpulang

Runduk, gugur, jatuh
Satu per satu kembali utuh
Rindu pun perlahan patuh

Aku tak ingin kembali batu

MH - 05/28/'16

May 27, 2016

Sebuah pesan, untuk pria yang menganut paham kesendirian

Berhati-hatilah terhadap wanita
Yang lihai mengumpatkan senyum
Senyumnya semacam benda kaca
Terletak di setiap pertokoan

Mungkin ketika kau pecahkan,
Kau harus membelinya segera

MH - 05/27/'16

May 20, 2016

Tengah malam

"Merupakan pengkhianatan, jika ku terjaga namun berpura melupakan"

MH - 05/20/'16

May 12, 2016

Penyabar

Lidahku semakin pelupa
Ketika diriku terluka,
Dia menjawab tak mengapa

MH - 05/12/'16

May 08, 2016

Membuka jendela

Kuhadapi letih dengan rintih
Rintik-rintik yang semakin cantik
Pada sepasang mata permata

Berwarna-warni,
Satu per satu membuka diri
Memintaku bersaksi

Aku menyebutnya
Penyakit yang tak perlu disembuhkan,
Namun tiada ingin dikambuhkan

MH - 05/08/'16

May 06, 2016

Merindukan kota lain

Ingin sekali
Ku bekerja sebagai kurir,
Saban hari, berkeliling, mencari senyum
Yang ditunggu, dirimu

MH - 05/06/'16

Sepuasnya

Telah kupenuhi akuarium
Dengan ikan-ikan, pukau terlihat
Dibanding jendela rumah yang telah lama
Memudar pandangnya kepada cuaca

Aku ingin menangisi diriku, sepuasnya

MH - 05/06/'16

Astaga

Sebentar lagi aku akan kehilangan
Mata, kaki, telinga
Tangan, kaki, kepala
Jantung dan hati

Segera kau menyebut namaku,
Apakah selamat?

MH - 05/06/'16

May 04, 2016

Memandang langit

Kaki-kaki langit mulai bocor
Dan aku perlu sesuatu untuk menambalnya

Namun, ku hanya bisa menjahit
Kupelajari tuk mengurangi lubang di hati, bukan di langit

Sementara langit terus menjerit
Semalam suntuk, ku temani hingga mata tertutup
Dan mimpi terbuka, tiada diriku di sana
Melainkan ia semakin merana

Bahagia bukan milik manusia saja
Ucap sebagian nestapa

MH - 05/04/'16

April 28, 2016

Menjaga terang

Mereka selalu terjaga
Dalam lelah mereka, setiap malam
Menghitung tiap bintang yang redup
Dan menukarnya dengan segala hidup

Satu per satu, mereka menjelma musafir
Dan aku tiada ingin semakin kafir

Mereka yang menciptakan kemerdekaan
Tiada pantas tenggelam dalam hinaan

MH - 04/28/'16

April 27, 2016

Memutar jarum jam

Ritual setiap malam:
Ku melihat jam, memutar kepala
Berharap waktu pula, berputar paksa
Mengubah segala buruk masa

Hilang Tuhannya
Semasa hidupnya

Seratus delapan puluh derajat,
Semakin sesat

Penuhi niat jahat,
Semakin lekat

Menempel pada tubuh,
Semakin rubuh

Seperti ucap leluhur,
Semakin hancur

Menipu hari lalu,
Semakin pilu

Semakin kesal,
Semakin menyesal

MH - 04/27/'16

Meracik kopi

Takdirnya, kopi terlahir pahit
Dan kau terlihat sakit
Susah payah, kau hancurkan
Tabah yang kau bangunkan

Puisi-puisi telah mencapaimu,
Segala satir menjadi milikmu

Sesekali saja, ku ingin mengucap
Telanjang bukanlah hal yang kotor
Terhadap diri ini, kau bermanja dalam pelukan
Berbagai bentuk akan keburukan

Silahkan kau pulangkan,
Silahkan kau kuburkan,
Bagaimanapun caranya

MH - 04/27/'16

April 23, 2016

Kalender

Telah ku tandakan tanggal ulang tahunmu
Sebagai hari libur dalam mengingatmu
Dan kau tetapkan setiap harimu
Adalah hari kematianku

Tidak tahu apa-apa
Kapan kita akan terbangun selamanya?

MH - 04/23/'16

Sepasang tangan palsu

Berputar malam-pagi-malam, ku tetap tak mampu
Menyebut namamu, kekasihku. Berlarut-larut
Mendatangimu dengan cahaya lampu di jalan-jalan
Di gedung-gedung secara percuma, kau lebih terang dari hadirku

Dan ketika pagi dipaksa menjadi senja
Mengadahkan kedua tangan, erat, berdoa
Semoga kau menjelma jarak, bukan waktu
Yang tak terukur hilangnya ditatapku

Semoga saja sepasang tangan palsu yang kuberikan kepadamu
Kau erat selalu dengan doamu

MH - 04/23/'16

April 10, 2016

Terompet

Telah habis kata, terlanjur sudah
Tersimpan di dalam celengan
Bisa babi, ayam, bahkan harimau

Mungkin ketika dipecahkan
Mereka riak berteriak

Segala kotornya, bijaknya,
Hingga tajam jujurnya

Sebelum atau sesudah sangkakala,
Tiada mengetahuinya

MH - 04/10/'16

April 08, 2016

Menginjak lantai

Suatu saat,
Bisa kita sebut ibukota
Pada riuh kumuh kepala

MH - 04/08/'16

Merangkai waktu

Berlari dan berakhir, terkadang hidup tak seindah kekasih
Yang kau kenakan sehabis hujan,
Serta kau kecup sehabis mesra

Berselimut lembut kabut putih
Adalah rupa yang tercantik

Apakah ada sajak yang tertinggal
Di saat seseorang merindukan kebiasaan:
Tersenyum sebelum siang dan petang,
Kemudian menghilang?

MH - 04/08/'16

March 28, 2016

Berbagi bahagia

Habis sudah, kehampaan
Mendengar bahagia
Dari seseorang, tak dikenal
Rupanya, tinggalnya

Aku di sini, tersenyum
Mengingat bahagia lalu

Mungkin saja, kabarmu
Mengirim bermacam-macam pesan
Kepada kekasihku suatu masa
Untuk menghuni relungku kelak

MH - 03/28/'16

Lelaki yang dipaksa kembali ke masa lalu

Aku memilih gila, bila mencintaimu
Menjelma semacam rutin ibadah

MH - 03/28/'16

March 22, 2016

Membedah para tubuh

Tubuhnya aroma kopi,
Dengan remeh  menilai
Pahit dan hitam, riwayatnya
Kini berada di ujung lidah

Tubuhnya rimba hutan,
Banyak pengunjung berdatangan
Dengan perkakas-perkakas, gilas
Habis sudah segala harapan

Tubuhnya bongkar pasang,
Terpajang pada etalase
Toko mainan, rapi dan indah
Sebelum dihancurkan sifat kekanakan

Bermacam tubuh telah dibahas
Muncul tubuh-tubuh lainnya
Mencegah bercerita dengan tuntas

MH - 03/22/'16

March 20, 2016

Belajar membaca

Engkau tegak berdiri di depanku
Menjaga perpustakaan di dalam mata
Rak dan buku tersusun rapi, hening
Tiada pengunjung di hari sibuk ini

Mengajakku hanyut, menghadiri
Sepimu hingga suatu pagi

Ku mulai menyeru satu per satu
Eja namamu elok berderu
Menyapu bersih ruang berdebu
Tak layak huni bagai hatimu

Sungguh, kita tak mungkin setia
Kepada rindu bila telah mengenal temu

MH - 03/20/'16

March 19, 2016

Buah bibir yang jatuh dari penglihatan

Semakin hari, semakin jadi cobaan
Engkau semakin cantik dan baik
Manis buah bibirmu, bisa kuhirup
Aroma matang menantang dari elok tubuh

Sedangkan aku tak punya gigi
Telah kugadai, karena kepalsuannya
Tercipta dari emas, entah bagaimana menebus
Benda semahal itu, mungkin bertahun-tahun

Aku tak pandai matematika
Atau perhitungan lainnya
Tidak diajarkan oleh Tuhan
Kecuali kesabaran

MH - 03/19/'16

Manusia unta

Panas hari adalah cerita
Amat basi, hampir setiap hari
Kami menikmati dengan menahan mati
Dari rasa haus yang kian menjadi

Lain dari mereka, terlahir berbeda
Dengan punuknya mereka bertahan
Dahaga mereda dengan sendirinya
Terik matahari tiada harganya

Aku ditugaskan menyampaikan
Terbentang luas laut cerita
Yang tak pernah kau bertanya
Tentang punuk-punuk di punggung mereka

MH - 03/19/'16

Aktor

Punggungnya menjelma panggung
Megah dan mewah kian didirikan
Berhias cahaya dan percaya
Akan turun di muka bumi, seorang juru selamat

Bercerita dirinya:
Dunia kan membaik, ucapnya
Dunia kan terbalik, timpanya

MH - 03/19/'16

March 15, 2016

Tentang hamba

Bertepuk sebelah tangan
Kepada kita, tulus cinta-Nya

MH - 03/15/'16

March 11, 2016

Komposisi

Perlukah menyalakan api
Agar toko buku lebih ramai
Dibanding kedai kopi?

Perlukah menyalahkan diri,
Menjatuhi hukuman hingga kebiri?

Tentang perilaku sehat
Segala yang memikat,
Haruslah saling terikat

MH - 03/11/'16

Kampung halaman

Ada kepuasan dalam kepala
Yang telah dijawab pertanyaannya
Dari pernyataan dan pengalaman
Berlalu-lalang, menuju kampung halaman

Langit luas, sesuai takarnya
Bumi pun bebas, sesuai sangkanya

Pandirnya semakin terasa
Dihiraukannya, hingga riwayat

Jangan sungkan mata terpejam
Demi merasakan angan temaram

MH - 03/11/'16

Posisi

Semacam tabah, kutunggu hadirnya
Dirimu yang indah di alam mata
Berdiri di sana, asa kau genggam
Berjuta-juta resah sekejap musnah

Aku tak masalah, kau tak berubah
Kecuali sebab merinduku karena Dia

MH - 03/11/'16

March 06, 2016

Cappucino

Pahit, kau perlu bicara
Tentang segala rasa
Terkulai, nyata

MH - 03/06/'16

March 05, 2016

Tak mengapa

Kau miliki rintih yang ada,
Membangun runtuh di dada

Cukup bersimpuh saja,
Aku bersumpah
Tiada salah

MH - 03/05/'16

February 19, 2016

Tambang pikiran

"Pemikiran merupakan kekayaan yang takkan pernah habis digali"

MH - 02/19/'16

Selamat (meng)ulang tahun

Dalam hening perayaan,
Ku nyalakan lilin dengan api kenangan
Menyala redup, mengharap padam
Namun, aku masih membutuhkan penerangan

Aku tak butuh keterangan
Tentang kehilangan

Berdoa, mataku terpejam
Mengucapkan segala macam
Kebaikan, untukmu. Kesehatan, untukmu
Dewasa, untukmu. Cahaya, untukmu

Harap, hanya ini saja untukku

Aku takkan mungkin kehilangan
Ketika engkau memilih orang lain
Kecuali, bila engkau memilih
Menjelma orang lain

02/19/'16

February 14, 2016

Semoga

Penantianmu, bahagiamu
Kita lunasi bersama
Dengan janjinya surga

MH - 02/14/'16

February 03, 2016

Di meja makan

Biarkan perapian itu menyala,
Hangatkan hidangan yang tersisa
Dari pertengkaran, teramat sangat
Mengelabui apapun yang terlihat

Semua sepakat menghitung mundur
Dari langkah sepasang kekasih
Meratap hancur yang tercipta
Oleh biasnya sepasang mata

Rumit tak menjadikan keindahan,
Melainkan sebuah ketabahan

MH - 02/03/'16

February 01, 2016

Memilih

"Kau perlu menyelamatkan kenyataan, bukan keadaan."

MH - 02/01/'16

Manis

Dan ternyata
Janjimu lebih kosong,
Dibanding kepalaku

MH - 02/01/'16

January 30, 2016

Apa kau terluka?

Setelah perpisahan
Kau selamat dari kesendirian,
Aku selamat dari percintaan

Tuhan berikan pilihan
Pada kita yang tersedan
Menyapa dalam kerumunan
Prahara di praduga pikiran

Tetapi aku terus menduga,
Apakah kau juga?

Apa kau terluka?
Aku iya dan mengiyakan
Karena kearifan dan kenaifan
Tak memberi jawaban

Maaf, aku terlalu sembarangan
Menggambar kenyataan

MH - 01/30/'16

January 29, 2016

Tentang bahagia

Berkat kekosongan
Aku sibuk bercocok tanam
Berbagai pengetahuan
Menjelma angan-angan

Walau begitu
Terlalu sempit kepala
Bila dijadikan surga

MH - 01/29/'16

Pagi di malam hari

Terbit pagi, semua berbagi
Sinar mentari, walau bukan miliknya
Tiada masalah tentang hal itu
Kehangatan, timbulkan cerahnya

Tak yakin tentang kemurungan
Selamanya terkurung

Bukanlah gelap sang pengumpat
Melainkan waktu yang menyesatkan
Manusia yang semakin disayang
Pikiran, tinggalkanmu melayang

Tentang keyakinan, juga kehilangan
Semua kan berpulang

MH - 01/29/'16

January 24, 2016

Pelajaran memasak

Bahan-bahan:

Daging mentah,
Sayur atau buah,
Rempah-rempah,
Dan bermacam-macam masalah

Cara memasak:

1. Siapkan pisau yang tajam,
Bukan lidah yang kejam

2. Dengan panas yang merata,
Matikan emosi yang menyala

3. Melamun dan risau,
Penyebab utama tersayat pisau

4. Hindari garam dapur,
Jika lukamu tak mudah akur

Tidak enak? Mengapa?
Tiada hidup yang benar-benar
Mengenal apa itu cita rasa

MH - 01/24/'16

Perilaku

Setumpuk buku
Membuatmu perilaku

Terdiam kaku
Membuatmu perilaku

Berbahasa baku
Membuatmu perilaku

Benci berjibaku
Membuatmu perilaku

Mencintai diriku
Membuatmu perilaku

Apakah perilaku
Semacam aturan yang berlaku?

MH - 01/24/'16

January 23, 2016

Tik-tok

Aku, toko jam yang rutin
Memutar sibuk waktumu,
Berulang-ulang

MH - 01/23/'16

January 22, 2016

Pendosa

Perintah yang sulit,
Larangan yang rumit,
Timbulkan penyakit

Bermanja-manja,
Usia pun kian senja

Pada akhirnya,
Kita menantang matahari,
Dan permalukan diri sendiri

MH - 01/22/'16

January 21, 2016

Menyala(h)kan cinta

Langkah kaki
Menjelma pijar
Cahaya putih
Menghilang pudar

Sibuk mencipta
Lengkungan gurat
Rupa cinta
Segala surat

Apakah salah
Memanggil api
Membakar musnah
Sendu elegi

MH - 01/21/'16

January 20, 2016

Batu

1

Perihal kita membentuk gurat
Senyuman, sekilas membekas
Pada langit-langit luas,
Bahagia takkan pernah puas

Simaklah, senja terbenam
Dengan fana yang tenggelam

2

Disibukkan semesta,
Tentang air mata
Fatamorgana bencana,
Rusakkan rencana

Perlukah kita ke perpustakaan
Mencari panduan, untuk kehidupan?

MH - 01/20/'16

January 18, 2016

Rupa

Wajahmu cakrawala,
Elokmu bianglala.
Apalagi?

Sandiwara

MH - 01/18/'16

How to serve a breakfast

Please, one cup of coffee
And some news about refugee

MH - 01/18/'16

Remedi

Dengan demikian, sajak ini disampaikan
Kepada musim hujan yang temaram
Rintiknya, tentang riuh, cakrawala

Saling tatap, hening menetap
Tinggalkan guratnya untuk sekejap

Tanggalkan pada tiap-tiap langit dan atap

MH - 01/18/'16

January 17, 2016

Musim memetik rindu

Kau bukanlah buah
Yang kutunggu matangnya
Hingga jatuh senyuman

Tak khawatir aku membusuk
Sebab rinduku terawat sehat
Aku bukanlah buah

MH - 01/17/'16

Menikmati kopi

Satu detik, dua detik
Hujan di luar kian rintik
Membasahi parasmu yang cantik
Secantik-cantiknya dibanding politik

Sedangkan di sini, ku menikmati
Redamu yang ku nanti

Hari demi hari, berlari
Hadirmu kian menari-nari
Di kepalaku, kau semakin dingin
Namun, semakin senyummu ku ingin

MH - 01/17/'16

January 11, 2016

Kapan?

Berulang-ulang pertemuan,
Berlalu-lalang percakapan,
Kita simpan semua, untuk berikutnya

MH - 01/11/'16

Puisi tak menjadikan apa-apa

Aku melahirkan sebuah samudera
Segurat senyum, bermacam mantra
Untukmu yang sedang menderita
Tentang sulitnya untuk bercerita

Tiada memiliki alasan berbagi
Menjadikan egois sebagai romantis

Puisi tak menjanjikanku apa-apa,
Dan takkan menjadikanmu siapa-siapa
Apapun bentuknya, berupa-rupa
Berupaya, berpura-pura, hingga saling lupa

Jika bersamaku saling melukai
Berpulanglah, pada mahligai yang kau gilai

MH - 01/11/'16

January 09, 2016

Telanjang

Tak asing lagi di telinga
Mendengar kasus ialah waktu
Sang pelaku utuh, melucuti
Seluruh pakaianmu hingga tubuh 

Dan kau selalu setuju
Tentang mengadili hal yang semu

MH - 01/09/'16

January 08, 2016

Berdebat

Setelah gunung dan laut
Selanjutnya ialah perpustakaan
Mengkaji apa itu kekosongan 

MH - 01/08/'16

January 06, 2016

Mentari

"Jikalau mentari yang ku cari
Berada di cakrawala hari
Lalu siapa yang menjaga hati
Saat rindu itu terhenti?"

Berbagai kisah telah mencemari
Romantisku, terbenam penuh duri

MH - 01/06/'16

Angka

Biarkan bahasa kita
Menjelma rumit angka
Membawa pesan, kepastian

MH - 01/06/'16

January 05, 2016

Hingga pulang

Satu-persatu, perihal menghiasmu
Dengan berbagai drama semu
Mengguncangmu terlalu larut
Hingga sedih rela bertamu

Oh, kunjungannya membuat haru
Menghadirkan was-was yang baru

Sedangkan aku berada di ambang
Saat kau terjatuh ke lubang
Yang sengaja kuciptakan besarnya
Untuk bersamamu tertawa riang

Oh, diriku tidaklah jahat
Sebelum kau benar-benar menghujat

MH - 01/05/'16
© Aksara Angkasa 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis