Di sebuah pesta tanpa alas kaki
Siapa yang rela tak menciumimu bibir,
Memeluk, tetapi mencintaimu hingga akhir?
Itu aku
Lalu, siapa yang tak menipumu hingga pesta berakhir?
Tuhanmu
MH - 04/29/'15
Siapa majikanmu?
Di sebuah pesta tanpa alas kaki
Siapa yang rela tak menciumimu bibir,
Memeluk, tetapi mencintaimu hingga akhir?
Itu aku
Lalu, siapa yang tak menipumu hingga pesta berakhir?
Tuhanmu
MH - 04/29/'15
Di kesunyian, ada lirih paling merintih
Terisak, terusik akan tajam belati
Yang mengoyak habis tubuh melati
Lalu keriuhan pun hadir, sepasang kekasih memutuskan pergi
Ke ujung jalan, berpisah dengan mempertemukan tatap
Semakin dalam, mereka memalingkan wajah dan memulangkan hati
Semakin dalam, mereka membuat puisi
Tentang diri sendiri, tentang melarikan diri
Tak pernah menjanjikan darinya kepulangan
Seperti kau dan aku
Semesta yang menyatu,
Lalu saling berburu
MH - 04/28/'15
Telah muncul penuh di kepala
Semacam hutan, dari sekumpulan pertanyaan
Membahasmu, yang hilang pada perayaan
Tanpaku. Aku enggan menjelma api di kepalaku sendiri
Sehabis perayaan, aku sibuk menulis surat
Untuk dewasaku yang semakin tersesat di masa depan
Atau lampau, surat itu berisikan macam-macam
Pesan yang kau lupakan sebelum terlunta
"Apa ku terlalu sibuk mengurusi hutanku?
Dan kau sibuk melibatkan cuaca di kepalaku?"
Tiada habisnya aku menyebutmu berulang-ulang
Tanpa balasan yang tak kunjung pulang
Hingga pada akhirnya kepalaku hilang,
Direbut sajak-sajak puisi menyimpang
MH - 04/26/'15
1.
Pernah ku ditertawakan tentang setia,
Atau bodoh. Menurutnya, (yang pintar) menilai masa depan
2.
Setiap ku ceritakan perih yang rintih
Dia tertawa, sebab kau tak juga sedih
3.
Bolehkan sesekali saja? Ku memohon
Kau menangis, walau tak mengerti?
MH - 04/18/'15
Ada yang hujan di mendung mata
Ada yang gugur di daun telinga
Bersama-sama kehilangan cerah wajah
Entah menjadikan apa: rencana atau bencana?
Perihal rindu terucap di ujung sepi
Bagai peluru yang ditembak senpi
Ada yang tumpah di langit lidah
Semacam hujan bercampur tajam hujatan
Komposisi berani melawan segala bantah
Kejujuran yang rupa khianat sebenarnya
MH - 04/17/'15
Bahkan ada yang menganggap perpisahan ialah hal abadi
Terekam di benak diri, tak peduli tenggelam surya
Atau berpusing di suatu tempat sunyi berisik
Dengan hening-hening perilaku paling tragis
Sementara berlomba: Siapa yang paling cepat melupakan aroma embun pagi hari?
Siapa yang paling cepat meluapkan pasang laut malam hari?
Pihak mana yang lebih santun membuat cerita
Bahasa nelangsa yang terhanyut cinta
Oleh semi semu banal, perayaan peristiwa
Seseorang yang telah lama menunggu dirimu tertawa?
MH - 04/16/'15
Rupa-rupa, wajahnya jelmaan pura-pura
Bagai negara, semakin hilang seru suara
Bahasa, keyakinan, kita hanyalah alat
Serta mereka pemilik kebijakan paling keparat
Pura-pura, warnanya kian rupa-rupa
Paling pandai mengelak dengan lupa
Telah pudar, mencapai batas atas keraguan
Keikhlasan, tiada bicara tentang kesempatan
Kesibukan yang dipuja: Kesepakatan, kesepakatan
Aku: si miskin yang selalu tabah
Kau: si polos yang paling gegabah
Mereka: penjahat bedebah!
Dan kita berusaha mencintai setiap tubuh dan mengobati seluruh penyakitnya
MH - 04/15/'15
Kaulah orang yang paling tahu: Aku seorang pemboros
Menghabiskan percuma sejumlah dari air matamu
Hingga kering keruh, perasaan, cinta
Atau apa? Akulah ember tak mampu menampung air lebih dari hujan
Mataku samudera: Aku paling serakah tentang laut,
Tentang langit. Segala hal tentang biru, kecuali kau
Sepasang hitam bola mata, bertanda malam
Tanpa laut pasang di kedalamannya
Setajam apapun mata, seluas apapun penglihatan
Ku tak temukan pagimu, dengan masa depanku
MH - 04/15/'15
Seratus tahun lagi, mungkinkah pohon-pohon itu
Menancap ke angkasa? Berguguran daun itu
Menangis, perlahan jatuh menjelma api
Takkan padam hanya dengan hening sepi
Melipat-lipat pikiran hampa
Tubuh-tubuh penyebab gempa
Akar-akarnya merambat tanpa mendarat
Sekalipun, terhadap suatu fenomena barat
Tetang matahari, bulan, serta galaksi
Komposisi, kegilaan ialah puisi--semacam ilusi
Kegilaan itu ditanam sendiri
Pada ruang berpenghuni--sunyaruri
MH - 04/10/'15
Adapun angin yang memberi hadiah untukmu:
1. Angin lembut, yang selalu membawakan kabar;
2. Angin ribut, yang selalu membiarkan kabur;
MH - 04/06/'15
"Pertanyaan selalu lebih jujur dibanding jawaban.
Pernyataan: Bertanya lebih mempengaruhi kemuliaan dalam menjalani kehidupan"
MH - 04/02/'15