July 31, 2014

Dalam dekapmu

Dalam dekapmu yang tak pernah kurasa
Kau hanyalah kumpulan angan
Yang tak ingin dicuri, dalam peluk erat
Segalanya bertumpuk, aku menjadi buruk

Kau pun bersedih,
Dan aku mendidih

Sekarang, aku telah dikutuk menjadi ranting,
Yang selalu patah di saat genting

MH - 07/31/'14

July 24, 2014

Kita hanyalah sekumpulan masa lalu

Hingga saat ini, aku berhak berkata:
Kita dapat berbincang gembira
Tanpa luka, karena kita tahu
Kita hanyalah sekumpulan masa lalu

Bahagialah kita, mengudara di angkasa

MH - 07/24/'14

July 18, 2014

Perihal cinta

Kau: adalah alasanku tak mencintai orang lain
Karena diri ini menghargai janji, dibanding hati

MH - 07/18/'14

Nama yang tak pernah kau sebut itu..... 2

Siapa yang mengajariku meraung-raung?
Bagai harimau, juga melankolis
Atau sejenisnya, aku hanyalah egois
Beradu bebal sendiri, melawan akal

Apakah aku pantas mencinta?
Ketika aku menyebut namamu, dalam curiga

MH - 07/18/'14

Nama yang tak pernah kau sebut itu.....

Mungkin kau tak heran, mengapa senin hingga sabtu selalu cerah?
Hatiku selalu hujan, menjerit-jerit
Rintik-rintiknya tak pernah mengisi
Titik-titik hati, mengandung sepi

Apa kau tak pernah belajar,
Untuk mengeja namaku?

Kuharap, ada sebuah soal di lembar ujianmu:
Siapa yang terluka mencintaimu?

MH - 07/18/'14

July 17, 2014

Tulisanmu bukanlah dosa

Aku tahu
Engkau bukanlah daun gugur
Yang jatuh, tanpa alasan
Mencium sujud kepada bumi

Engkau bukanlah sembarang lilin
Yang mudah sekali redup
Kecuali Tuhan berkehendak meniupkanmu angin,
Mengundang mati sebelum kau ingin

Engkau bukan seorang aktivis
Dan juga missionaris

Engkau, adalah bahasa yang saling beradu
Di dalam pikiran, dan pakaian rapih itu
Adab menjaga kesopanan, kau mengundang Tuhan
Dalam percakapan, kau hanya ingin menulis
Dan Tuhan mengizinkan

Tulisanmu bukanlah dosa
Aku tak mau membacanya

MH - 07/17/'14

Hujan pun turun di sela-sela rindu

Rintik-rintik air jatuh
Memenuhi hingga tumpah memoar
Tentangmu, yang sudah tak asing lagi
Cerita kita, tentang perpisahan

Kita memilih agar saling melukai
Serta melukai diri, entah apa maksudnya
Hingga darah-darah berbicara keadilan
Bersemayam dalam alasan-alasan penolakan

Waktu mengajari kita diam
Sebelum menjadikan segalanya anggun
Tertegun santun, dalam alun-alun
Balada cinta yang melantun

Segala rupa rindu tertimbun
Menjadi hitam, hujan pun turun

MH - 07/17/'14

July 16, 2014

Pertemuan di meja makan yang tak mengenal kita

Ada yang mengantri di kepala
Mungkin kenangan, mungkin juga rindu
Mungkin juga sebuah sakit, yang telah beranak-pinak
Dan itu semua tidaklah jinak

Wajahmu kian berubah
Ribuan garis melukis lupa
Terkecoh, ingatan pun tak mampu
Mengingat lancar namamu

Dan kita pun bertemu, menatap
Di meja makan, yang bahkan tidak mengenal
Siapa kita sebenarnya?

MH - 07/16/'14

July 13, 2014

Dingin pagi yang telah membunuhmu

Apakah engkau masih bernafas?
Setelah ditikam dinginnya pagi
Dan aku mendapatimu meradang
Melayang singgah, pada kaki langit

Engkau pun menularkan kepadaku
Derita panjang, bahkan phobia
Yang meronta-ronta meminta makan
Euphoria yang tak berharga

Aku dan engkau apa bedanya,
Jika telah menelan kematian?

MH - 07/13/'14

July 10, 2014

Kau telah berhasil ciptakan negara

Malam yang sangat panjang
Bagi keluarga yang merasakan kehilangan
Kerabat-kerabat, serta darah-darah
Tumbuh duka dimana-mana

Jiwa-jiwa tersesat pulang
Hilang nyawa, melayang
Sempat kau tinggalkan jasad
Serta segurat senyuman

Kematian tidaklah sia-sia
Jika tentang agama, saudara
Kau telah berhasil ciptakan negara

MH - 07/10/'14

July 06, 2014

Di matamu aku melihat diriku telanjang

Di matamu aku melihat
Diriku bertelanjang dada
Tak beralasan, seolah berkhianat
Kepada cinta yang pernah ada

Dan terukir luka di hati
Oleh tajam sebilah lidah
Perihnya itu takkan terobati
Jerit pun tak kunjung sudah

Meronta dan melunta
Mulai bertanya: "Di mana bahagia?"
Kematian takkan pernah berdampingan
Dengan apa yang namanya kesiapan

MH - 07/06/'14

Stupa

Mereka adalah sepasang stupa
Diam, tak pandai bertapa
Bersama hingga buruk rupa
Melawan sisa-sisa nestapa

Sayangnya, mereka lupa beragama
Terlalu lama menyembah cinta

Atas nama kedamaian
Mereka tak menganut kepercayaan
Memilih tuk menjadi relawan
Pengorbanan dan kebodohan

MH - 07/06/'14

Antagonis

Sejak kapan kau berubah,
Menjelma sempurna sepertiku?
Sebelumnya kau selalu menantangku
Dengan yang kau sebut perasaan

Aku pun menjelma pembenci,
Mengutukmu hingga ratusan kali
Menanam iba pada diri
Mengharap dosa kembali

Silahkan menghibur diri sendiri
Kesepian bukanlah suatu pengkhianatan

Akulah antagonis pada kisah cintaku sendiri

MH - 07/06/'14

July 04, 2014

Hitam

Hitam darah yang melekat
Kata menyerbu, ajalmu dekat
Lalu engkau berdarah-darah
Habis sudah disayat lidah

Selalu engkau diberi pilihan
Dan mereka bermain curang
Selalu saja engkau diasingkan
Hingga terjatuh di dasar jurang

Nyatanya engkau tetap ada
Bersama dengan doa-doa

MH - 07/04/'14

© Aksara Angkasa 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis