December 15, 2018

Sekejap!

Halaman demi halaman
Kubuka dan kubaca, entah terburu-buru
Atau tidak. Kata demi kata. Menghilang
Dihadapanku

Mataku pejam, tidak
Hanya berkacamata minus tebal

Tuhan mengabarkan:
Rasa lapar itu hal yang mudah lenyap
Dalam sekejap

MH - 12/15/'18

October 13, 2018

Konkuisnador

Aku menyebrangi segala keresahan demi tujuan
Yang diidamkan sedari kecil: menjadi dewasa
Taman bermain sudah lama kutinggalkan, dan mulai mengenal permainan
Menumpuk satu per satu tugas hingga menjulang tanggung jawab

Kemudinya terjatuh
Kemudian jatuh

Sungguh kebiasaan buruk jika tidak pamit sebelumnya
Ke alam mimpi. Pintu-pintunya tertutup rapat
Mereka tidak tahu di mana Tuhan menyembunyikan mimpi indah
Bagiku, mimpi indah hanya untuk wanita penghibur di pinggir jalan

Sebab negara ini tertidur, mereka tidak tahu
Bahwa ibukota sudah resmi pindah ke kepalaku

MH - 10/14/'18

Berbagi tempat tidur

Kematian sudah hujan sedari dulu
Saat kita memutuskan untuk berjalan kaki
Menuju bahagia, tiada sedikit pun kecemasan
Di dalam kemasan warna-warninya

Kita tidak pernah berterus terang
Seperti lampu kota, seperti redup bulan
Seperti keinginan matahari tuk terpejam
Dan mereka suka bentuk kematian itu--senja

Saat itu, kita benar-benar tidak tahu
Bahagia bisa dibeli di ibukota,
Kematian bisa ditunda di rumah sakit

Aku tidak tahu bahwa bahagia itu ada
Kau tidak tahu bahwa kematian itu tiada

MH - 10/13/'18

September 20, 2018

Berbicara kemacetan

Ku kenakan seragam kantukku
Teman tidurku hari ini secangkir kopi
Yang beberapa jam lalu kuminum habis
Dan sekarang berbincang hangat di kepala

1)
Cita-cita bukanlah kondom yang sekali pakai lalu dibuang

Kita bicara tentang cita-cita manusia
Tidaklah sama dengan (misalnya) hari ini yang ingin menjadi esok
Lalu menjadi lusa, selanjutnya urusan negara
Setiap cita-cita tak luput dari wajib pajak

Pembicaraan yang takkan wafat sebelum kiamat

2)
Manusia adalah rahim para pertanyaan, dan suka seenak jidat melahirkan di sembarang tempat

Ku intip isi kepala anak kecil dan bertanya:
"Ada perayaan apa di kepalamu sehingga setiap hari kau terlihat senang?"
Aku berharap pesta ulang tahun, lalu kembali bertanya:
Bagaimana kau bisa bersenang-senang, jika banyak berita tentang penebangan umur liar pada surat kabar?

"Surat kabar itu apa?" jawabnya (dengan bertanya) singkat.

3)
Manusia selalu durhaka terhadap agamanya sendiri

Kau lebih dari cukup daripada angka tujuh belas
Kau bekerja demi berdosa, upahmu tiada sisa
Lalu mengadu kepada agamamu: salah siapa?
Tuhan sudah diusir saat itu dari kepalamu

Ketika itu, aku ditawarkan bekerja sebagai pengatur lalu-lintas manusia agar tak melewati batas

MH - 09/24/'18

Terheran

Aku terheran, mengapa kata-kataku
Begitu lihai berenang dalam pikiran?
Mereka seperti gunung-gunung
Tertancap dan aktif di suatu hari

Aku lautan, namun ku merasa tenggelam
Dalam kata-kataku sendiri

MH - 09/20/'18

Jangan jadi pekerja

Cita-citaku sederhana: naik pesawat
Ku ingin mengunjungi waktu yang terbuang
Di tempat sampah, anorganik, seperti negeri ini
Yang tidak mungkin bisa didaur ulang

Jam tidur pun tiba
Aku berhenti bergumam

MH - 09/20/'18

September 19, 2018

Menidurkan buku

Buku-buku mengucapkan selamat tidur
Sambil mengecup keningmu, membiarkanmu terpejam
Sebelum puisi-puisi kejam rindu menikam
Sebelum dongeng-dongeng panjang memaksa tuk didengar

Dan biarkan aku sibuk
Mengubur hidup-hidup kantung mataku
Sebelum dibekukan dan dibukukan waktu

MH - 09/19/'18

September 17, 2018

Siapa suruh mengoceh pukul tiga pagi?

Pukul tiga pagi
Aku ditegur Tuhan
Perihal mengetuk pintu sembarangan

MH - 09/17/'18

September 14, 2018

Sang pendongeng

Tengah malam: kantukku belum juga tiba
Ku segera berpuisi, agar terjaga
Dan dapat menyambutnya segera

"Mungkinkah cuaca?", pikirku
Setelah merayakan lahirnya sangka
Di rimba pikiran

Ku harap kantukku
Seorang pendongeng cantik jelita
Yang tak pernah bosan bercerita
Tentang mimpi panjang saat tertutup mata

MH - 09/14/'18

September 13, 2018

Ada pameran foto di museum digital

"Manusia berlibur,
Dipajang dalam bingkai digital
Kemudian mati sebagai bangkai digital"

Setiap puisi tak ingin menjadi wali
Ragamu tuk berwisata, kau hanya dipaksa
Berkeliling di kepalamu, mencari elok kata
Sembari menahan sesak, sebab menghirup aroma vakansi orang luar

Vakansi orang luar yang tiada habis liarnya

Kau menginginkan bisikan yang lebih menghibur
Dari jalan-jalan dan para jalang, aku memilikinya
Namun aku tak punya mulut, sudah digadai
Oleh mereka yang membutuhkan liburan dibanding kebebasan

Ingin ku berlibur ke zaman purba
Di kala tiada manusia seperti itu tercipta

MH - 09/13/'18

September 04, 2018

Kepulangan yang panjang

Kelak, kan kau temukan hari di mana
Akhirku yang tak pernah tiba di rumah
Menuang segelas penuh gelisah
Di penghujung harimu yang semakin resah

Kumpulan waktu, menumpuk dan menyatu
Meminta tuk menjadikannya hidangan
Di meja makan, sebagai menu utama
Agar aku menghabiskan hidangan waktu itu bersamamu

Aku ingin kau segera marah
Dan lekas tertidur jikalau lelah

Maaf, beginilah risiko menjadi kurir
Mengantarkan sajak-sajak dari mulut
Ke telinga para pendengar dan pendengkur

MH - 09/09/'18

August 26, 2018

Memandang waktu

Tengah malam ini
Kau memburuku terburu-buru

Kau bertanya resah
Tentang detik dan detak
Tentang waktu dan jantung
Kepadaku, seorang awam dan perawan

Apa yang kau harapkan?
Mereka penjahat sesungguhnya
Mereka gemar menghitung hal yang berat
Bak matahari terbit dari barat suatu saat

Mereka gemar menghitung waktu berpisah yang tidak pernah kita inginkan

MH - 08/26/'18

August 19, 2018

Apa yang berduka?

Tuhan tidak beranak, tuan
Begitu pula waktu
Tapi perlu tuan ingat:
Waktu tiada mampu menjelma Tuhan

Rapuh, runtuh, tumbuh

Tuhan pun tak perlu waktu
Untuk memahami dan menyudahi sesuatu

MH - 08/19/'18

Setiba Kau di sana

Senja yang dibicarakan;
Panorama yang dibicarakan;
Angin pembawa reda
Duka hilang tiada

Aku butuh kabar
Darimu yang padam

Cerah yang diharap;
Bianglala berharap;
Semoga warnamu cerah
Tidak hanya merah meresah

Aku butuh jejak
Agar tak terjebak
Dalam rindu yang semakin berjarak

MH - 08/19/'18

August 14, 2018

Workaholic

Hari ini aku lupa berkerja

Apa aku harus mengerjakan kesibukan
Seperti jatuh cinta, misalnya?
Agar kutemukan diriku-diriku yang kerikil
Dalam matamu yang jujur, dibanding juri dan diri

Maaf, sepanjang hari ini
Aku ingin sekali bekerja

MH - 08/14/'18

August 12, 2018

Senandika

Saban penghabisan hari;
Aku berdoa tuk yang tak kukenal namanya
Tak habis-habis, seperti cinta ini
Yang pemiliknya tak pernah singgah

Mereka berkata:
"Menanam cinta tidaklah sia-sia,
Melainkan asa kan menjelma buahnya
Dan dipetik oleh entah siapa"

Aku tak ingin terpejam ketika malam,
Karena itu suatu bentuk kekalahan
Dalam merindukan, percuma saja rindu
Jikalau pada akhirnya terlelap juga

Oh, Tuhan
Adakah sloki anggur yang tidak memabukkan untukku?

MH - 08/12/'18

August 03, 2018

Tatkala

"Selamat pagi" ucap mulutku sembari
Mengunyah gumam sehabis mimpi

Hari itu, hari kedua setelah pernikahan
Denganmu, kita rutin memeluk dan meraba
Satu per satu, agar kelak ketika buta
Ku membaca tubuhmu serupa buku

Mungkin saja bukan buku,
Tetapi tetap saja dirimu

Hari itu, hari ketiga setelah pernikahan
Denganmu, kita saling menatap dalam
Hingga terlihat telanjang bola mata
Lebih curam dibandingkan jurang

Bisakah kita terjatuh ke atas
Dan langit menerima kita sebagai keganjilan?

MH - 08/03/'18

June 28, 2018

Manusia dan tumpukan buku di kepalanya

Apakah engkau merasa berat
Jikalau suaraku dipenuhi batu-batu
Terlempar ke arahmu, sebuah kepala
Dengan riak-riak air, tak dalam?

Setiap orang selalu bertikai
Terhadapku, karena meracau
Tentang kehidupan, padahal di dalam diri
Sesungguhnya tidak benar-benar ditemukan hidup

Hanya tumpukan-tumpukan buku,
Hanya tumpukan buku,
Hanyalah buku
Di atas kepalaku

Aku ingin menaiki sendiri kepalaku

MH - 06/28/'18

June 15, 2018

Kampung halaman

Senja menatapku dalam
Dan aku semakin tenggelam

Aku ingin kembali
Menjadi seutuh-utuhnya
Bulan purnama

MH - 06/15/'18

June 07, 2018

Resah

Aku diajarkan macam kematian, berkali-kali
Oleh perasaan yang enggan berperasaan
Sedangkan kau bagai bangkai tulang
Digerogoti anjing-anjing liar

Kudengar anjing itu hewan yang patuh
Namun aku tunduk, seolah tubuh
Mengisyaratkan ketakutan nyata
Dan tiada mengelak saat anjing menyalak

Dan saat itulah aku tercerah
Bahwa kenyamanan yang telah lama bermukim adalah sampah

MH - 06/07/'18

June 03, 2018

Rindu, ada apa?

Peristiwa jatuh cinta
Tiada terbit kata
Atau kabar berita
Berjalan begitu saja

Rindu, ada apa?
Kau tampak di tiap jendela
Yang kutatap, kuharap bianglala
Terekam jernih di kepala

Rindu, apa ada?
Aku meyakinkan

MH - 06/03/'18

May 26, 2018

Kemurungan

Setia adalah pembicaraan yang tak kunjung usai
Dan rindu, pelajaran yang tak pernah dikuasai.

Pada suatu hari, kemurungan tak mampu kubendung
Menjelma mendung, dan pecah seenaknya menjadi hujan
Membasahi yang lewat begitu saja. Waktu. Kamu.
Dan sekelebat kupu-kupu dengan kenangan rumahku.

Biarkan aku basah, dan puisi sebagai penghangat

Puisi sebagai api, 
Dapat kita nikmati bersama kopi

MH - 05/26/'18

May 25, 2018

Saban hari

Kepadaku:
"Kita selalu membicarakan ketakutan dengan lantang dan tragis. Hingga tak sempat kegembiraan sedikitpun terlukis."

MH - 05/25/'18

Cuaca rindu

Di kala rindu menjelang,
Aku memilih tuk membenci
Diriku sendiri, tiada sebab
Siapa yang melahirkan prasangka abadi?

Di kala rindu terbenam
Aku memilih tuk mencintai
Ketakutan ini, tiada bantah
Siapa yang melahirkanku hari ini?

Ada pun yang meracau kacau
Tentangku, aku puisi yang mendung
Memenuhi bahagia yang tak kunjung

Tentangmu, aku puisi yang haru
Memenuhi perjalanan waktu dan temu

MH - 05/25/'18

Peristiwa yang tidak sesuai sangka

Aku bersegera menuju perapian
Untuk menghangatkan tubuh
Yang mendingin, dikarenakan sebab
Kematian tak juga menjelang

Menunggu kematian tiada berbeda
Dengan menunggu kasih sang kekasih

MH - 05/25/'18

May 08, 2018

Kekasih kekal

"Jikalau kematian sebagai kekasih kekal,
Sudikah kau memberi mahar terbaik untuknya?"

MH - 05/08/'18

Sajak pendek

Aku semakin bisu
Tiada kata tercipta
Apalagi terucap
Ku hanya terdiam saja

Tatkala itu, aku memikirkan semua
Apa yang ingin ku keluhkan
Padahal tiada memiliki segala
Bahkan setiap kata

Aku ingin berbincang
Jikalau waktu terhenti
Dan semakin berhati-hati
Agar tidak menyakiti

Kau tiada mendengar
Tiada salah, aku tidak berbincang
Kepadamu, kau hanya pajangan
Pada tiap etalase-etalase kaca

Kau tiada terdengar
Di kepalaku, yang sedang jatuh cinta
Kepadamu, cukuplah namamu
Terjahit di ingatan, beserta wajah

Aku ingin jatuh cinta
Dengan rintik hujan, yang perlahan
Membasahiku dengan rindu
Seperti dirimu di kala itu

Aku ingin pergi ke ibukota
Mungkin saja ramai dikunjungi
Dan membayangkan ialah dirimu
Mahligai terbangun indah bagiku

Aku ingin beragama
Tanpa menyembah dirimu
Namun, aku ingin melakukan
Beragam hal bersamamu

Aku tak ingin terbakar
Aku tak ingin berkabar
Denganmu saat ini
Aku tak bisa bersabar

Aku jatuh cinta dalam ketidaksabaran
Aku jatuh cinta dalam ketidaksadaran

MH - 05/08/'18

Rindu dan rumah

Seseorang membicarakan kepulangan
Dan kisah keluarganya
Namun tiada langkah kakinya
Mencapai rindu dan rumah

"Apakah itu cinta?"

Kita bertanya dan berbincang
Sepuasnya di semesta sana

MH - 05/08/'18

May 07, 2018

Membicarakanmu

Andaikan seluruh isi kepala
Adalah namamu, lantas siapa
Yang mengatakan engkau istimewa?
Yang mengatakan engkau.....

Silahkan saja,
Mungkin hanya dibenakku saja
Teka-teki ini menerka dirinya, sendirinya

MH - 05/07/'18

May 04, 2018

Apakah aku ada?

Benar, segala hal yang sering disebut
Itu cinta--memerlukan pengorbanan
Hanya saja, aku adalah kata
Yang bungkam, karena kecil dibanding waktu

Dan ku menatap dalam dirimu
Semakin ku bercermin yang tiada diriku
Apakah aku ada? Bisakah kau menjawab?

Aku, taman bermain yang tiada pernah dikunjungi
Bahkan oleh diriku sendiri

MH - 05/04/'18

April 20, 2018

Di kala itu

Detik-detik itu
Memaksa berpikir
Bagaimana kelanjutan
Rindu yang tiada punah

"Engkau?"
Aku bertanya, sungguh

Tiada terjawab

MH - 04/20/'18

April 12, 2018

Ketika cinta tiada berbeda dengan tumpukan sampah

Jatuh cintalah pada tempatnya
Bukan keterasingan, kesendirian
Membutuhkan peluk, runduk
Dipenuhi rasa takluk

Lagi-lagi ku bicara cinta
Tanpa arah yang bertanya

MH - 04/12/'18

February 13, 2018

Ku putar waktuku

Ku putar waktuku
Bertanya luangku
Bersamamu, masa lalu

Bertanya selalu
Tentang ini dan itu
Tiada bertemu

Takkan usai
Perkara rindu
Ialah buntu

Ku putar waktumu
Beranikan diri, melihatmu
Hingga sadar
Memang tiada diriku

MH - 02/13/'18

January 06, 2018

Sore itu, di mimpiku

Selalu saja, mereka membicarakan tentang kekasih
Namun tidak diperkenalkannya kepadaku
Asing, itulah kekasihku. Tiada akan pernah kukenalkan juga
Kepada mereka

Bila rindu, sendirilah
Bermain ke taman, mungkin saja bertemu
Kunang-kunang, tidurlah di sana
Mungkin saja ku mengingat semacam kenangan

MH - 01/06/'17

© Aksara Angkasa 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis