April 28, 2016

Menjaga terang

Mereka selalu terjaga
Dalam lelah mereka, setiap malam
Menghitung tiap bintang yang redup
Dan menukarnya dengan segala hidup

Satu per satu, mereka menjelma musafir
Dan aku tiada ingin semakin kafir

Mereka yang menciptakan kemerdekaan
Tiada pantas tenggelam dalam hinaan

MH - 04/28/'16

April 27, 2016

Memutar jarum jam

Ritual setiap malam:
Ku melihat jam, memutar kepala
Berharap waktu pula, berputar paksa
Mengubah segala buruk masa

Hilang Tuhannya
Semasa hidupnya

Seratus delapan puluh derajat,
Semakin sesat

Penuhi niat jahat,
Semakin lekat

Menempel pada tubuh,
Semakin rubuh

Seperti ucap leluhur,
Semakin hancur

Menipu hari lalu,
Semakin pilu

Semakin kesal,
Semakin menyesal

MH - 04/27/'16

Meracik kopi

Takdirnya, kopi terlahir pahit
Dan kau terlihat sakit
Susah payah, kau hancurkan
Tabah yang kau bangunkan

Puisi-puisi telah mencapaimu,
Segala satir menjadi milikmu

Sesekali saja, ku ingin mengucap
Telanjang bukanlah hal yang kotor
Terhadap diri ini, kau bermanja dalam pelukan
Berbagai bentuk akan keburukan

Silahkan kau pulangkan,
Silahkan kau kuburkan,
Bagaimanapun caranya

MH - 04/27/'16

April 23, 2016

Kalender

Telah ku tandakan tanggal ulang tahunmu
Sebagai hari libur dalam mengingatmu
Dan kau tetapkan setiap harimu
Adalah hari kematianku

Tidak tahu apa-apa
Kapan kita akan terbangun selamanya?

MH - 04/23/'16

Sepasang tangan palsu

Berputar malam-pagi-malam, ku tetap tak mampu
Menyebut namamu, kekasihku. Berlarut-larut
Mendatangimu dengan cahaya lampu di jalan-jalan
Di gedung-gedung secara percuma, kau lebih terang dari hadirku

Dan ketika pagi dipaksa menjadi senja
Mengadahkan kedua tangan, erat, berdoa
Semoga kau menjelma jarak, bukan waktu
Yang tak terukur hilangnya ditatapku

Semoga saja sepasang tangan palsu yang kuberikan kepadamu
Kau erat selalu dengan doamu

MH - 04/23/'16

April 10, 2016

Terompet

Telah habis kata, terlanjur sudah
Tersimpan di dalam celengan
Bisa babi, ayam, bahkan harimau

Mungkin ketika dipecahkan
Mereka riak berteriak

Segala kotornya, bijaknya,
Hingga tajam jujurnya

Sebelum atau sesudah sangkakala,
Tiada mengetahuinya

MH - 04/10/'16

April 08, 2016

Menginjak lantai

Suatu saat,
Bisa kita sebut ibukota
Pada riuh kumuh kepala

MH - 04/08/'16

Merangkai waktu

Berlari dan berakhir, terkadang hidup tak seindah kekasih
Yang kau kenakan sehabis hujan,
Serta kau kecup sehabis mesra

Berselimut lembut kabut putih
Adalah rupa yang tercantik

Apakah ada sajak yang tertinggal
Di saat seseorang merindukan kebiasaan:
Tersenyum sebelum siang dan petang,
Kemudian menghilang?

MH - 04/08/'16

© Aksara Angkasa 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis