April 29, 2014

Jerit menunggu

Aku menjerit, menunggu
Bukan hal semacam belenggu
Mengikat segalanya pada tugu
Putaran detik sungguh mengganggu

Dapatkah aku membunuh waktu
Satu jam, untuk semacam sesuatu

Pada malam yang mengancam
Bahaya, dengan cara bermacam-macam
Bagai sebilah pisau yang tajam
Rasa kantuk menusukku lebih kejam

MH - 04/29/'14

April 24, 2014

Tuan, kutuklah hamba menjadi buku!

Demi kesepian yang tak pernah disimak
Oleh manusia-manusia berjiwa perusak
Khidmat tak terasa, hening ini tak bernyawa
Perayaan yang terlalu tertutup, membiaskan jiwa

Kukatakan dengan lantang:
"Tuan, kutuklah hamba menjadi buku!"
"Kutuklah hamba!"
"Hamba ingin menceritakan semuanya, tentang semuanya"


Hening ini semakin menjadi
Semakin larut terasa sakit
Entah apa yang tuan pikirkan
Hingga nasibku tak berubah

Dalam keangkuhan, tuan menjerit
Dalam keterpaksaan, tuan menangis
Maafkan aku

MH - 04/24/'14

April 20, 2014

Ketika semua memerlukan penjelasan

"Semua menjadi rumit, memerlukan penjelasan saat yang lemah menaklukkan yang kuat"

MH - 04/20/'14

April 19, 2014

Sepasang mata yang kian malam

Rindu malam yang kuhirup
Tak semerdu nikmatnya hidup
Rembulan yang kian redup
Tak mengutuk malam tertutup

Aku harus mencintai sesuatu
Atau lainnya yang kuanggap satu
Akankan tumbuh usai membantu
Seorang manusia atau pun batu

Sunyi ini takkan berpesta
Jika tak ada yang mau bercerita
Rahasia melarut dalam derita
Cinta yang biasa menjadi berita

Andai aku selamat dari pulang
Lewati jalan panjang, penuh ilalang
Kematian adalah berita yang hilang
Dari takdir sedih tinggi menjulang

MH - 04/19/'14

April 18, 2014

Demi waktu yang selalu berputar ke kanan

"Semakin tua, semakin larut cinta kita kepada tanah"

MH - 04/18/'14

April 17, 2014

Kita menghadiri pesta gemerlap malam

Ada baiknya lupakan gelap
Dini hari yang membuat kita lelap
Bercerita, tentang senja dan adimanusia
Terselip juga sebuah rahasia

Tolong jangan bicarakan aib
Kepada pihak yang berwajib

Semacam musik kita mainkan
Semacam mantra kita bacakan
Untuk menghadiri undangan esok hari
Yang dipenuhi penghuni sunyaruri

Pesta gemerlap pun di mulai
Dari mimpi kita yang terkulai

MH - 04/17/'14

April 16, 2014

1998

Kita adalah sekelompok anak-anak
Yang awam tentang beranak-pinak
Masih sulit membaca, apalagi bersajak
Berpergian tanpa tinggalkan jejak

Selalu dipuji, tersenyum sendiri
Bahagia karena belum mengenal duri
Selalu dipuji: ganteng maupun cantik
Memakai batik, sebelum bertemu politik

Sekarang telah tumbuh dewasa
Dalam tubuh, menjelma raksasa
Dan pikun pun mulai berkuasa
Melupakan sesuatu: rasa

Kita mulai hidup masing-masing
Pada bumi yang semakin asing
MH - 04/16/'14

April 15, 2014

Hadapi kenyataan

"Kenyataan menyakitkan itu seharusnya diubah, bukan dibohongi"

MH - 04/15/'14

Induk takdir

"Induk dari tiap takdir adalah makhluk, dan tugas tiap makhluk ialah mendidik takdirnya sendiri"

MH - 04/15/'14

Laki-laki dengan anak tangga ketiga

Entah apa yang dicari
Di anak tangga ketiga
Adakah sesuatu yang dapat di curi
Pada anak tangga ketiga

Laki-laki itu
Berteman dengan telepon genggam
Berputar beberapa lantun lagu
Sesekali sering bergumam

Bayangkanlah bersama zaman
Tentang kebiasaan yang tak biasa
Disuguhkan secangkir rasa penasaran
Bersama rasa nyaman

Silahkan berimajinasi
Dengan komunikasi

MH - 04/15/'14

April 12, 2014

Malam minggu tanpa minggu

Ada yang berdoa hujan
Pada malam minggu tak berdosa
Ada yang berdoa reda
Karena malam minggu ingin berdosa

Terlalu terburu-buru
Terlalu menggebu-gebu

Ada orang yang berdoa
Pada hari minggu saja
Ada orang yang berdoa
Temui hari minggu saja

Ada pun doa mengancam
Kehidupan setelah minggu berlalu
Ada pun doa mengancam
Agar minggu kembali datang

Ada yang merasakan minggu tanpa malamnya
Ada yang merasakan malam tanpa minggunya

Semoga tetap hidup rasa syukurnya

MH - 04/12/'14

April 10, 2014

Kaktus

Adalah kaktus, sebagian orang memilikinya
Mencintainya, merawatnya, atau disebut apalah
Entah tiada terlihat mereka menyentuh tubuhnya, mengapa?
Bukankah mencintai adalah menghibur para pelaku cinta?

Kita terlalu lama menghidupi pikiran tertutup

MH - 04/10/'14

April 08, 2014

Mari berdoa

Marilah berdoa
Kepada hidup yang tiada dua
Untuk kematian yang tak terduga
Jangan lupa untuk jodoh kita juga

Marilah berdoa
Kepada sekarang yang tiada dua
Bersama udara yang masih terasa
Di tiap tubuh seorang pendosa

Marilah berdoa
Kepada-Nya yang tiada dua
Tentang takdir yang akan dijumpa
Serta lainnya yang menyangkut lupa

MH - 04/08/'14

April 07, 2014

Seseorang yang mencari namanya di batu nisan

Saat semua tertumpah ke tanah
Merah pekat layaknya darah
Hujan tak diundang daerah
Makamnya yang masih basah

Terukir namanya, terlihat jelas
Kenangan membawanya ke kelas
Kehidupan yang tiada cerdas
Mengalahkan penghuni batas

Tak perlu terus-menerus bersedih
Tentang takdir Tuhan yang maha pengasih
Surga atau neraka, jangan berselisih
Kecuali jika kalian semua telah bersih

MH - 04/07/'14

April 06, 2014

Kipas angin

Kutatap dia
Dia salah tingkah
Kuabaikan dia
Dia pun bertingkah

LALALA! SIM SALABIM!

Aku pun tak peduli lagi
Tentang elegi

04/06/'14

Kau peluk suatu kebiasaan

Kau peluk suatu kebiasaan
Dengan mudahnya kau tertawan
Pada kilau-kilau kesalahan
Menimpa kesadaran

Aku menganut suatu kebebasan
Agar selamat dari ketakutan
Sekali-kali menyeretku ke awan
Dan jatuh menimpamu, kawan

Setiap hari begitu saja
Hingga timbul peristiwa riuh
Pembunuhan di tengah senja
Menciptakan keluh

Kau memilih melawan kebiasaan
Ku memilih menolak kebebasan

MH - 04/06/'14

April 05, 2014

Sepotong rindu untuk Majikan

Sepotong rindu untuk Majikan
Mungkin tak pantas hamba mengatakan
Karena perbedaan, semua hal menjadi berjarak
Seperti rindu ini, terus mengambang entah sampai kapan?

Kutitipkan selembar surat
Kepada zaman yang sudah asing mendengar kantor pos
Bisakah kau antar surat ini ke langit?
Permohonanku terlalu mengada-ngada

Adakah yang masih bisa tertawa
Jika aku benar-benar merindukan Majikan?

MH - 04/05/'14

Di negeri yang membela Satinah

Aku pernah diselamatkan perasaan
Di negeri yang membela Satinah
Tetapi aku tak ingin mendukungnya
Karena aku tak mau bodohku parah

Biarlah dia berdoa agar selamat
Dari maut yang menjadikan tamat
Dan memikul hidup penuh celaan
Serta ketidakpercayaan

Mata hanya bisa terima keadilan
Dan menghukum hukum
Negeri orang lain

MH - 04/05/'14

April 02, 2014

Takkan pernah suatu sisa menjelma sia-sia

Kisahnya mendamba kesempurnaan
Tak lupa hadirkan keraguan
Membawa kita pada keresahan
Bersama perpisahan

Takkan pernah suatu sisa menjelma sia-sia

Takkan sia-sia memupuk cinta
Walau tak menyisakan cerita
Takkan terselip suatu derita
Pada anak-cucu kita

Penyesalan itulah sebenarnya sia-sia

MH - 04/02/'14
© Aksara Angkasa 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis