November 28, 2020
Ajudan
Tuan, perjalanan ini terjal terlalu panjang
Perlu memakan beberapa waktu
Dan beberapa dari peserta tidak akan sanggup
Mengikuti sampai akhir dengan khidmat
Tuan, malam ini purnama terlalu sempurna
Untuk dihabiskan bersama rindu
Dan beberapa dari peserta tidak ada yang sanggup
Menenggak telaganya hingga habis tersisa
Tuan, pagi ini matahari terlalu malu-malu
Menampakkan gurat semburat senyum
Dan beberapa peserta tidak pernah sanggup
Menatap rona merah kehangatannya
Tuan, kisah ini puncak terlalu ganjil
Takkan mampu dijadikan genap
Dan beberapa peserta tidak cukup sanggup
Menyelesaikan satu demi satu rasa kekecewaan
Tuan, apakah kau mendengarkan?
MH - 11/28/'20
July 28, 2020
Aku, puisi yang terjun ke jalan-jalan
Setiap hari adalah hari raya kesedihan
Yang tidak mampu aku rayakan semua.
Aku seorang miskin bicara yang tak mampu
Menafkahi kata-kata dengan obrolan ringan
Lilin-lilin melonjak harganya
Bertambah satu per satu setiap harinya
Toko kue selalu laris terjual
Setiap perayaan selalu berbeda-beda
Riuh selalu, para kesedihan berkumpul
Di tempat ibadah, juga diskotik
Berdoa dengan sikap agnostik
Para wanita berdandan paling cantik
Para lelaki berlomba paling modis
Sedangkan aku mengingatkan kembali bahwa
Aku seorang miskin bicara yang tak mampu
Menafkahi kata-kata dengan obrolan ringan
Sedangkan aku mengingatkan kembali bahwa
Aku seorang miskin bicara yang tak mampu
Menafkahi kata-kata dengan obrolan ringan
MH - 07/28/'20
March 11, 2020
Sebelum menjadi ayah
Kelak kan kukatakan
Kepada anakku:
"Berbahagialah, nak.
Walau hidangan di meja
Hanyalah sekumpulan
Mimpi yang belum ranum."
February 22, 2020
Mengapa aku tidak pernah berpuisi lagi?
Bertanya dirimu
Kepada aku
Masih adakah kata yang kaucinta
Sebagai kekasih
Sebagai orang tua
Sebagai kerabat
Sebagai sanak saudara
Sebagai kampung halaman
Sebagai suhuf atau kitab
Yang selalu dibacakan
Pada waktu-waktu luang
Sangat singkat, kau dan aku lebih sering berkunjung
Ke supermarket, ke taman bermain
Ke masa lalu, ke masa angan
Tumbuh dan tumbuh
Selalu dan begitu
Aku hanya ingin
Agar kau senggang
Berbagi satu-dua kata
Dalam kosong cangkir kopi
Agar kelak kuteguk habis
Tanpa sesal
Tanpa waswas
Tanpa curiga
Tanpa cemburu
Tanpa cibir
Yang terus membulir
Dalam iri dan dengki yang terus mengalir
MH - 02/22/'20
Subscribe to:
Comments (Atom)