Aku merindukan kepulanganmu yang semakin pergi
MH - 07/31/'15
Siapa majikanmu?
Luka yang paling mengerikan
Bukanlah ancaman tajam pisau
Melainkan beberapa tanda tanya
Yang bersemayam dalam ragu--tumbuh
Andai prahara adalah lukisan
Yang kau tak paham artinya
Atau puisi yang persetan isinya
Kita takkan selamat selamanya
Kita lupa cara berdua
Bertemu dalam mimpi pun enggan
Ada yang perlu diperbaiki dalam kelakuan:
Pengkhianat ialah musuh semesta
Pengingat ialah bencana kedamaian
Pemaaf selalu berkhianat dalam mengingat
Kita lupa cara bersua
Menyapa dalam mimpi pun enggan
MH - 07/31/'15
Hutan itu semacam waktu
Yang kita tunggu tumbuhnya
Semakin cepat, semakin tua
Semakin kokoh, semakin rapuh
Semakin menjadi pikiran kita
Sudah saatnya kita berwarna
Berlibur kepada alam, tak terlintas
Selain cinta, tanah terinjak itu
Wisata terakhir yang kelak dirindukan
MH - 07/26/'15
Aku tak pernah memenangkan lomba apapun:
Fisika, Matematika, bahkan dirimu yang tak disangka
Di kepalaku. Memahami manusia lebih sulit dibanding mereka
Yang dapat diterka dengan asal logika
Bedebah demi bedebah
Sampah demi sampah
Mereka berlomba membuat wajah
Paling teduh dibanding rumah-rumah
Bagian terburuknya:
1. Aku manusia;
2. Aku tak bisa memenangkan diriku;
3. Siapakah yang dapat menenangkan diriku?
MH - 07/23/'15
Menurutku, senyum bagaikan sebatang ranting
Yang kau injak beserta daunnya
Dengan kakimu, walau bagimu bukanlah sebuah perkara
Jika melukai tanpa melihat rupa
Kita pura-pura tidak mengenal
Hingga benar-benar saling mengenal
MH - 07/11/'15